Bagi saya, ada dua jenis tipe manusia dalam menilai manusia lain. ketika pertama kali bertemu. Yang pertama, seseorang yang menilai orang lain ketika dia melihat secara langsung mulai dari tampilan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, itu, melihat dari segi wajah saja orang tersebut bisa menilai apakah orang yang ditemuinya nakal atau tidak. Yang kedua, seseorang yang menilai orang lain bukan melihat dari segi tampilan, orang tersebut menilai dari sifatnya terutama dalam bertutur kata. Tapi, tak jarang pula ketika seseorang membutuhkan waktu yang cukup lama menilai orang yang ditemui lantaran mungkin dia tidak terlalu sering bertemu dengan orang tersebut.
Tapi, apakah teman-teman pernah menemui seseorang pertama kali, kemudian menilai orang tersebut secara spontan dan justru seseorang yang anda nilai ternyata berbanding terbalik dengan kenyataannya?
Jika ada teman-teman blogger atau para pembaca yang pernah mengalami ini, maka beruntunglah anda, karena anda bukan satu-satunya.
Kejadian ini pernah saya alami beberapa tahun yang lalu. Ketika itu, saya masih duduk di bangku kelas 2 di SMP Pertiwi 2 Padang. Setiap hari saya pergi sekolah naik bus kota yang saya tunggu di pinggir jalan, tepatnya di simpang Tunggul Hitam. Bus kota pas saya lagi di zaman sekolah itu gaul-gaul. Beda dengan sekarang yang menggunakan Bus Trans Padang. Saya selalu menaiki adalah bus yang benar-benar kosong, agar saya dapat tempat duduk duluan. Karena kalau busnya sudah penuh, saya terpaksa harus berdiri atau bergelantung di ban mobil pintu bus kota.
Sampai pada suatu hari, ketika saya menaiki bus kota yang kosong tanpa manusia seekor pun, tiba-tiba datang seorang cewek masuk ke dalam bus. Cewek itu mempunyai postur tubuh yang tinggi (mungkin lebih tinggi dari menara Eifel), berambut lurus panjang, dan berkulit kuning langsat. Cewek itu berpakaian baju kaos hitam dan celana jeans panjang. Bagi saya, penampilannya sebagai seorang wanita bisa dibilang cukup feminim, ditambah lagi dengan wajahnya yang lumayan cantik. Cewek itu duduk di bagian belakang bus, tepat di samping saya.
Bus Kota Gaul di Kota Padang Tahun 2000-an Akan
Selalu Jadi Legenda Pelajar Tahun 1990-an
Selalu Jadi Legenda Pelajar Tahun 1990-an
Tapi, ada satu hal yang menjanggal dipikiran saya. Kenapa cewek ini berani sekali duduk di belakang? Padahal selama saya naik bus kota, laki-laki selalu duduk atau berdiri di bagian belakang. Sedangkan cewek duduk atau berdiri di bagian depan bus. Apalagi, pembagian tempat duduk ini sudah menjadi tradisi semua bus di kota Padang. Saya tak mengerti, kenapa cewek ini tak merasa kejanggalan sedikit pun ketika dirinya dikerumuni manusia berkelamin jantan? ataukah cewek ini sedang ikut uji nyali? Saya cuma bilang, hanya dia dan Allah yang tahu. Hal itu terus dia lakukan setiap hari pas mau pergi kerja.
Beberapa tahun berlalu, saya sudah duduk di bangku kelas 1 di SMK 6 Padang. Dan seperti biasa saya masih pergi ke sekolah naik bus kota dan selalu menunggu bus di simpang Tunggul Hitam. Waktu itu kebetulan sekali, saya berpapasan dengan teman sekolah yang sering main band dengan saya di Studio. Namanya Rahmat. Bagi saya, Rahmat bukan cuma sekedar teman sekolah atau anggota band saya, tapi juga teman akrab. Kami sama-sama berangkat ke sekolah menaiki bus kota kosong yang baru saja datang. Saya dan Rahmat duduk di belakang bus.
Dan kebetulan lagi, saya dan Rahmat ketemu sama cewek itu. Lagi-lagi dia duduk di samping saya. Saya dan Rahmat ngobrol dengan santai di dalam bus yang sedang menuju ke sekolah kami. Sedangkan cewek itu tetap diam membisu seperti patung tanpa merasa bersalah sedikit pun. Setelah beberapa kilometer perjalanan, cewek itu turun duluan dari bus dan meninggalkan kami yang sedang menuju ke sekolah.
Setelah beberapa saat cewek itu turun, Rahmat langsung bilang ke saya "Zak, cewek tadi yang duduk di sebelah lu itu, BENCONG DEKAT RUMAH GUE. dia kerja di salon"
"APAAA, Bencong? Serius lu?" Saya kaget setengah mati.
"Iya". Kata Rahmat dengan polos.
Tak kusangka, Ternyata dia seorang Bencong. ANJIRR, BANGSAT BIN KAMPRET. Saya tak ingat betul apa yang dibilang Rahmat setelahnya. Tapi intinya, dia adalah BENCONG SALON. Saya yang selama ini tidak tahu apa-apa tentang cewek itu sama sekali terpaksa tidak bilang apa-apa pada Rahmat. Kalau seandainya saya mengakui ketidaktahuan dan kebodohan saya selama ini kepada Rahmat, saya tidak tahu apa yang bakal dia bilang. Saya cuma menepis semua. Saya rasa, setelah pulang dari sekolah saya harus mandi wajib. Pikir saya dalam hati.
"APAAA, Bencong? Serius lu?" Saya kaget setengah mati.
"Iya". Kata Rahmat dengan polos.
Tak kusangka, Ternyata dia seorang Bencong. ANJIRR, BANGSAT BIN KAMPRET. Saya tak ingat betul apa yang dibilang Rahmat setelahnya. Tapi intinya, dia adalah BENCONG SALON. Saya yang selama ini tidak tahu apa-apa tentang cewek itu sama sekali terpaksa tidak bilang apa-apa pada Rahmat. Kalau seandainya saya mengakui ketidaktahuan dan kebodohan saya selama ini kepada Rahmat, saya tidak tahu apa yang bakal dia bilang. Saya cuma menepis semua. Saya rasa, setelah pulang dari sekolah saya harus mandi wajib. Pikir saya dalam hati.
*****