Masa-masa yang paling menyenangkan bagi para musisi adalah
ketika mereka menyalurkan bakat musiknya dengan cara mendirikan grup band.
Bahkan, hasrat tersebut timbul dalam diri seseorang untuk mendirikan grup band.
Zaman sekarang, studio-studio band yang ada di setiap kota dikunjungi oleh berbagai
kalangan. Mulai dari anak SMP, SMA, Mahasiswa, sampai orang yang cuma numpang
megang kabel di studio. Kurang kerjaan.
Sebagai seorang musisi, nggak terasa menyenangkan kalau
gue nggak punya band. Untuk apa punya bakat tapi nggak disalurkan? Untuk apa
punya kelebihan tapi nggak dikembangkan? orang yang selalu melangkah ke depan
nggak bakalan pernah menjadi penonton.
Siklus hidup gue setiap harinya cuma :
Bangun tidur.
Mandi.
Pergi Sekolah.
5D (Datang, Duduk, Diam, Dengar, Dungu).
Pulang.
Tidur.
Bangun Lagi.
Siklus itu terjadi berulang kali. Membosankan. Sangat
membosankan.
Mendirikan sebuah band sudah terpikirkan ketika gue mau
lulus SMP. Ketika masuk MAN 2 PADANG, tujuan gue terwujud. Tapi, tak bertahan
lama. Band gue bubar setelah gue tinggal kelas. Gue terpaksa ngulang lagi di
kelas yang sama di SMK N 6 PADANG dan bikin band yang baru.
Ketika sedang MOS, gue berhasil ngajak satu ekor manusia
untuk mendirikan band. Gue nempatin posisinya sebagai bassis. Lalu, gue mencoba
ngajak teman-teman yang lain, tapi hasilnya nihil. 2 minggu kemudian, kami
berhasil mengajak satu orang lagi untuk bergabung. Dan akhirnya, terbentuklah 3 anggota band yang
benar-benar solid. Kami selalu berdiskusi untuk memberi nama yang tepat untuk
band ini. Tapi, setiap nama band yang sudah kami bikin pasti selalu gonta-ganti nama terus. Jadi, gue ngusulin
nama band ini dengan nama R.U.Z. Band R.U.Z didirikan berdasarkan inisial nama
depan kami yaitu, Rahmat, Usman dan Zaky.
Foto orang yang di tengah itu orang yang paling ganteng
Profil Anggota Band R.U.Z :
· Rahmat Hidayatullah (Facebook :
Rahmat Netralizer)
Rahmat Hidayatullah adalah anggota band pertama yang
bergabung dalam band R.U.Z. dia pandai dalam memainkan gitar. Terkadang
tangannya sedikit tersendat-sendat waktu mau pindah kunci atau pas lagi mainin
melodi. Setiap kali main ke studio, dia nggak pernah nyumbangin uang buat sewa
alat. Maklum, dia berasal dari keluarga yang ekonominya rendah. Untuk belanja
sehari-hari di sekolah aja susah. Hidupnya selalu nomaden setiap 3 bulan. Tapi,
dia selalu punya tekad untuk tampil di pentas bersama kami. Yang jelas, dia nggak
pernah ngecewain, deh!
· Usman Purba (Facebook : Usman Purba)
Usman Purba adalah anggota band yang masuk paling
terakhir. Ekonomi keluarganya sama seperti Rahmat Hidayatullah. Dia merupakan
anak semata wayang, hidup nomaden, dan juga merupakan keturunan suku purba.
Bukan, dia bukan sisa makhluk purba yang sudah punah. Dia manusia normal sama
seperti kita. Karena, di Sumatera Utara terdiri dari berbagai macam suku salah
satunya suku purba. Selain sangat piawai dalam memainkan gitar, dia juga
hebat mainin drum. Setiap kami latihan
band di studio, dia pasti selalu mukul drum pake tulang mirip orang lagi
kesurupan.
· Zaky Al-Ikhsan Budiman (Facebook :
Zaky Al-ikhsan Budiman)
Zaky Al-ikhsan Budiman adalah pencetus berdirinya band
R.U.Z. Dia terkenal dengan kegantengan dan keramahannya, terus baik hati, suka
menolong, pintar, supel, ditaksir banyak cewek, jago main gitar, rajin menabung
dan lain-lain. Yang jelas, susahlah kalau mendiskripsikan si Zaky ini. Orangnya
terlalu baik.
Berikut ini adalah rekam jejak band R.U.Z selama di SMK N
6 PADANG:
KELAS X
Kami memulai latihan pertama di sebuah studio yang bernama
garis langit, berjalan sejauh 5 Km tanpa bermodalkan alas kaki. Para pedestrian
memandangi kami dengan prihatin. Sampai di studio, kulit telapak kaki kami
sudah merah-merah, berasap, terkelupas, dan dipenuhi nanah. Maklumlah, namanya
juga anak SMK.
Lagu yang kami bawain di
studio yaitu Ello-Masih Ada dan Domino-Seberapa Pantas. Kami
memainkannya berulang-ulang, kemudian kami coba mengaransemen ke berbagai macam
jenis musik dari lagu-lagu itu.
Sedari dari awal, band gue yang kedua ini jauh lebih
dahsyat dari band pertama. Kami bisa membawa lebih dari lima lagu setiap
latihan di studio, beda dengan band pertama gue. Bawa satu lagu slow aja
drummernya langsung migren.
Setiap sebelum latihan ke
studio, kami selalu membiasakan diri dengan melakukan persiapan terlebih dahulu
yaitu, latihan kosong. Maksud latihan kosong di sini adalah latihan cuma pake
gitar akustik sama buku gitar. Tujuannya, supaya uang yang kami gunakan waktu
latihan di studio nggak sia-sia.
Kami selalu latihan
kosong di rumah gue. Di rumah, siang hari nggak ada satu ekor pun makhluk
terkecuali adik gue. Kami melakukan latihan sambil browsing medsos dan youtube
di internet, lalu kami tak pernah lupa untuk mengakses chord-chord lagu Indie
dan Barat. Gue juga nunjukin sama teman-teman sebuah aplikasi musik di komputer
yang disebut “Guitar Pro 5”, jika dibuka, kita akan melihat not-not balok,
disertai dengan tablature dan angka-angka. Cuma orang yang ngerti musik yang
bisa baca tablature. Gue ngajarin Rahmat sama Purba gimana cara membaca
tablature. Lagu yang kami pelajari dengan Guitar Pro 5 waktu itu yaitu Kotak-Beraksi, Gun’n’Roses-Sweet Child O
Mine, dan Greenday-21 guns.
Beberapa bulan kemudian, kami move on dari studio garis langit ke Crassus Studio yang terletak di
Lubuk Minturun. Crassus Studio berada di belakang warnet yang bernama Warnet
Crassus. Alat-alat bandnya sangat terawat, bersih, Full AC dan ruangannya cukup
luas. Harga sewanya cukup Rp.25.000,-/jam. Dari SMK N 6 PADANG, kami selalu
naik bus kota ke Crassus Studio. Setiap kernet minta ongkos, kami sebagai siswa
SMK hanya bisa ngasih KTP. Seandainya waktu itu kami punya BLT, hal ini nggak bakalan
pernah terjadi. Menyedihkan.
Kami memainkan lagu
yang sudah kami pelajari di Crassus Studio dengan hasil yang sangat memuaskan. Selain itu, band
kami juga ditonton oleh cewek-cewek SMA. Ceweknya cantik-cantik loh! Gue bisa
ngelihat mata mereka sudah berubah jadi LOVE-LOVE
waktu gue nyanyi. Gue mulai khawatir, setelah usai latihan, bisa-bisa gue
langsung direbutin sama cewek-cewek itu. Susah juga kalau gue sampai diajak
bunuh diri sama-sama. (lebay).
Memasuki semester 2
tepatnya di bulan februari, semua siswa kelas XII meminta kepada pengurus OSIS
beserta Pembina mereka untuk menampilkan band pada acara perpisahan. Mereka
merasa bosan dengan acara perpisahan yang selalu dihibur oleh para musisi orgen
kelas tradisional. Sejarah membuktikan, setiap kali ada acara perpisahan di
sekolah, para siswa pasti bakal teriak “TURUUUN, TURUUUN! Kalau pengisi
acaranya masih belum turun, mereka bakal melempar bom molotov.
Pembina OSIS SMK N 6 PADANG, yaitu Buk Rima Darmayenti
mengabulkan permintaan siswa kelas XII dengan syarat Band yang mendaftar
minimal harus 4 grup.
Lha? Kok gitu buk? Gue nanya
Of courselah! kalau cuma untuk jadi pajangan di atas
pentas, apa gunanya? Acara perpisahan ini bukan acara pameran barang usang.
Daripada uangnya mubazir, mendingan sisanya dijadiin celengan perut. Kata Buk
Rima.
Bener juga ! kata gue dalam hati. Selain cuma sekedar
ngamburin fulus,
SMK N 6 PADANG juga terkenal dengan
sebutan sekolah cewek. Di setiap sudut kelas bertebaran pasti ada cewek-cewek
yang 70% wajah cantiknya diedit via photoshop. Yang mayoritas cowok cuma di
jurusan TKJ. Denger-dengernya beberapa dari siswa TKJ juga punya grup band.
Jadi, kami kudu optimis bahwa permintaan kami pasti dikabulkan sama Pembina
OSIS.
Bulan April datang. Kami melihat tak ada
perubahan. Dari awal, band yang mendaftar cuma band kami. Impian kami untuk
unjuk gigi akhirnya tidak terwujud. Gue mengira para siswa TKJ bakal nampilin
band mereka. Ternyata, mereka menampilkan bakat mereka dengan memakai CPU-CPU
rongsokan dan dipukul-pukul sama tulang rusuk manusia. Acara perpisahan pun
berakhir dengan kerusuhan. Para pengisi acara di pentas dilempari penonton
dengan kotoran.
KELAS XI
Di zaman kelas XI, tak
banyak latihan yang bisa kami lakukan. Pertama, karena khusus kelas XI
perhotelan II dijadwalkan untuk magang ke hotel-hotel di kota padang selama di
semester satu, dan yang kedua khusus jadwal kelas XI perhotelan III dan kelas
XI Boga II dijadwalkan untuk magang ke hotel di semester dua. Masing-masing
kelas mengikuti kegiatan magang selama satu semester penuh. Itu artinya, jadwal
magang kami juga berbeda.
Di antara 3 orang anggota
grup band. Cuma gue yang jadwal magangnya berbeda. Gue magang di semester satu,
sedangkan Rahmat & Purba di semester dua. Meski begitu, gue tetap usahain
latihan kosong maupun latihan di studio.
Di kelas XI semester satu
ini, kami sempat mau ikut festival band yang diadain oleh SMA tetangga kami,
“SMAN 10 PADANG”. siswa-siswa kota Padang memberi gelar gaul dengan sebutan
‘SMANTEN”. Kami sempat mempunyai satu orang anggota band yang bergabung dengan
kami. Anggap saja namanya Irwan. Irwan ngasih tahu gue tentang festival band
itu. Gue sempat ngototin diri untuk sama Purba. Irwan juga ngajak temannya yang
sekolah di SMAN 5 PADANG. Hanya Rahmat yang nggak bisa ikut karena dia kudu
latihan pencak silat di setiap sore.
Singkat cerita, sekitar
pertengahan November dua minggu sebelum seleksi kami sudah ngedaftarin band
kami di SMA 10 PADANG. selama seminggu kami latihan di studio tanpa ada satu
lagu pun yang kami mainin dengan sempurna. Hingga akhirnya, Irwan yang tadinya
termotivasi mau jadi juara band pun hilang lalu, memutuskan keluar dari band.
Uang Rp.50.000,- gue terbuang cuma-cuma. Sebagai gantinya, Irwan ngasih ganti
rugi setengah dari uang gue. Padahal, gue udah terus-terusan mikirin cara agar
bisa tampil lebih maksimal. Tapi yah, gue tahu itu memang gak salah dia
sepenuhnya. Yang jelas, kami mengucapkan terima kasih karena sudah membantu
selama ini. satu semester ini, band kami yang ingin tampil berakhir sia-sia.
Semester satu selesai.
Dari Dunia Industri, Balik lagi ke Dunia Pendidikan.
Di semester dua, giliran
Rahmat dan Purba yang pergi magang ke hotel. Selama satu semester itu kami
tidak pernah menyentuh studio. Tapi, Rahmat dan Purba juga menyempatkan diri
untuk datang ke rumah gue kalau mereka lagi libur kerja. Mereka datang bukan
secara bersamaan. Maklum, karena mereka
magang di hotel yang berbeda juga. Meski mereka magang di hotel yang sama
jadwal libur mereka juga pasti beda.
Selama mereka pergi magang,
gue ngambil les gitar di Studio Sari Musik guna menambah kemampuan gue yang
masih payah ini. Dan di waktu magang ini juga, Rahmat nunjukin lagu ciptaan
yang dia bikin. Lagunya benar-benar sesuatu. Selain liriknya yang bagus dan
irama yang sangat enak didengar, lagu yang diciptakan Rahmat juga berhubungan
dengan salah seorang wanita yang dicintainya. Tapi sayang wanita itu selalu
menjauh darinya. Sabar ya mat. Dan maaf, gue nggak mau ngasih tahu siapa nama
wanita itu ke kalian semua. Pasalnya. gue udah janji untuk menjaga rahasia
kisah cinta si Rahmat. Lagu Rahmat gue rekam pake hape dan gue simpan. Berkas
lagu dan juga liriknya masih ada sampai sekarang. Berikut gue lampirkan lirik
lagu beserta chord gitarnya.
PERGILAH
Ciptaan : Rahmat Hidayatullah
Intro:
C F Am G F 2x
C F
Memang
aku mencintaimu
Am G F
Tapi
aku,,tak bisa mengungkapkanya
C F
Memang
aku ini pengecut
Am G F
Yang
selalu,,lari dari kenyataan
Bridge:
G
F
Biarlah
kau membenci diriku
G F
Mungkin
kau bukanlah untuk ku..
Reff:
C
Jadi
pergilah dariku,,
F
Dan
larilah sejauhnya,
Am G
Agar
ku bisa lupakan
F
Kamu
dari hatiku..
C
Jadi
pergilah dariku
F
Dan
jangan,,kembali,
Am
G
Mungkin
memang bukan aku
F
Yang
engkau cari,,
Int:C F
Am G F
C F
Memang
aku mendustai mu
Am G F
Tapi
aku,,jujur didalam hati
C F Am
Dan
memang aku tak berani,,
G
Untuk
mengatakanya,,
Back
to: Bridge, Reff
(
lead solo) C F Am F G (2X) C Am F G F G
C
Jadi
pergilah dariku
F
Dan larilah sejauhnya
Am G
Agarku
bisa lupakan
F
Kamu
dari hatiku,,
D
Jadi
pergilah dariku
G
Dan
larilah sejauhnya
Bm A
Agar
ku bisa lupakan
G
Kamu
dari hatiku,,,,
D
Jadi
pergilah dariku
G
Dan
jangan kembali
Bm
Mungkin
memang
A G
Bukan
aku yang engkau cari
Bm A
Mungkin
memang bukan
G
Aku
yang engkau cari
Coda:
(D)
TET, TERERERET TEREEEEET.
(APPLAUSE HAD BEEN ADDED)
Lagu ini disambut positif
oleh teman-teman sekolah, khususnya siswa jurusan Perhotelan. Purba semakin
semangat untuk ngajak latihan kosong tiap hari. Dia terus-terusan berpikir
seperti apa pukulan drum yang cocok untuk lagu ini. Gue nggak mau kalah. Apa
yang diajarin Bang Tedi di Sari Musik kudu gue aplikasikan. Di Intro awal, gue
menambah Scale Mayor C, karena chord awal yang dimainkan adalah chord C. Begitu
juga di bagian lead solo. Tapi, untuk di Scale Mayor C nya gue cocokin sama
irama bagian Reffnya.
Setelah kami latihan
rutin bersama, Lagu ini kami rekam ulang lagi pake hp di studio band. Lalu,
lagunya gue jadiin video kemudian diupload ke akun Youtube dan dipromosikan
lewat facebook. Alhamdulillah, hasil kerja keras kami mendapat pujian dari
teman-teman facebooker.
KELAS XII
Purba : woy, tahun sekarang acara band bakal dtampilin di
acara
perpisahan.
Gue : serius?
Purba : Ya, Pembina OSIS
udah ngabulin permintaan kita.
Rahmat : Heh! Kita kan
udah kelas XII. Palingan cuma jadi penonton
Purba
: nggak, gue udah bilang sama Buk Rima kalau kita mau tampil.
acara perform kali ini juga bakalan diisi sama
Victraz Band.
Rahmat
: Victraz. Band siapa tuh? Band siswa TKJ?
Purba
: nggak, Victraz Band.
Gue
: Emang lo udah liat bandnya.
Purba
: Belum. Kabar-kabarnya itu salah satu band yang terkenal di
Padang.
Gue
: Hmmm... ! terus, lagu apa yang kudu kita bawa? Lagu yang sering
Kita latih di studio akhir-akhir ini
Kotak-Beraksi, Netral-Sorry
Killing Me Inside-Biarlah sama
J-Rock-Falling In Love. Lalu, kita
juga kurang anggota.
Purba
: tenang, coy! Gue udah dapat dua orang dari kelas XI. Sarwo sama
Putri.
Gue
: Putri yang gendut itu, ya? Mantap tuh. Suaranya juga nggak kalah
killer.
Rahmat : Sarwo itu kalau nggak salah Jurusannya hotel, kan? Emang dia
bisa main gitar?
Purba
: Iya, donk! Dia emang jago main gitar. Sama kayak lu, Zak.
Gue yakin dia pasti bisa. Daya tangkapnya
cepat, kok!
Rahmat
: serius? Nanti malah jadi kayak kemarin-kemarin. Dapat anggota
baru, tapi nggak ada yang komit.
Purba
: liat aja. Yang jelas, besok kita kudu ajak Sarwo sama Putri latihan
bareng.
Sebelum datangnya Ujian Hidup Ujian Nasional, kami
coba mastiin semuanya dan ketemu lagi dengan Putri dan Sarwo. Setelah saling
menyogok terus-terusan berdiskusi, akhirnya mereka sepakat untuk ngebantu
band kami. Alhamdulillah. Mereka bilang akan menyempatkan waktu mereka walau
jadwal sekolahnya sampai jam 3 sore.
Udah komit. Setelah itu
ikut Ujian Nasional empat hari :
Senin : Bahasa Indonesia
Selasa : Matematika
Rabu : Bahasa Binatang Bahasa Inggris
Kamis : Kompetensi Keahlian
Waktu yang tersisa untuk
latihan tinggal hari Jum’at, Sabtu, Minggu. Kemudian Senin-Jum’at. Sabtunya
tampil di pentas.
Rasa tidak sabar dan
deg-degan sudah menghiasi dada ini. lagu yang kami coba kala latihan yaitu
“J-rocks-Fallin’ In Love sama Killing Me Inside-Biarlah. Putri ngaku suaranya
itu mulainya dari nada A. Sedangkan J-rock dari nada C. Kami berusaha untuk
nge-aransemen kunci yang cocok dengan suara si Putri. Sayangnya usaha kami
berakhir dengan kegagalan.
Gue ngusulin, “Kalau kamu
nyanyi lagu Kotak-Beraksi aja gimana, Put?
Mau
aja sih. Tapi, masa’ kok di sini bang? Kan, malu. Kita latihan di teras
rumah
Abang. nanti orang ngira gue lagi kerasukan Tuyul Pitak. Kata putri
sambil
gigit pagar rumah.
Nggak
bakal. Nggak usah minder! PD aja lagi. kami bertiga dulunya
Nyanyi
keras-keras sambil ngebanting gitar di sini. Toh, Pejalan kaki
do
not care.
Dia
ragu. Dia masih coba cari-cari alasan kalau nada suaranya nggak setinggi Mbak
Tantri. Kami coba lagi untuk menyogok meyakinkan Putri. Gue yakin
suaranya pasti sampai. Waktu dia coba, sesuai dugaan kami. tinggi suaranya
memang pas sama Mbak Tantri. Alhasil, kaca-kaca di rumah gue sampai rumah
tetangga sekitar pecah semua. Kami berlima kena hukuman sosial.
Tinggal satu yang harus di pas kan. Sarwo.
Gue sependapat sama Purba kalau dia jago main gitar. Gue ngajarin dia lagu
“Beraksi” sesuai dengan yang gue pelajari di Guitar Pro 5. Daya tangkapnya
cepat. Sekali-sekali dia lupa apa yang gue ajarin. Gue coba ajarin dia
terus-terusan dengan sabar. Terus, waktu itu kami memutuskan untuk membawa satu
lagu lagi “Killing Me Inside-Biarlah”. Lagu Rahmat-Pergilah? Lagu itu gak diizinin Rahmat soalnya, dia takut lagunya itu bisa dibajak orang. karena nggak ada hak paten, cukup bawa di studio saja. Chord yang gue ajarin ke Sarwo bukan
chord yang didapat dari chord gitar abal-abal internet. Tapi chord yang gue
pelajari di Guitar Pro 5. Kalau di Guitar Pro 5, chordnya pasti asli. Langsung
buatan band itu sendiri.
Pada malam hari, kami berlima menyempatkan diri untuk latihan di studio.
Yang datang di studio bukan cuma kami berlima aja. Waktu itu, juga ada
adik-adik kelas gue. Yang gue ingat cuma Febri si Ketua OSIS, dan Raka yang
menjadi salah satu babunya bawahannya atau lebih tepatnya salah satu
OSIS.
Latihan
kami pada malam hari cukup memuaskan. Sesuai dengan yang gue harapkan dari
Sarwo yang sudah berusaha secara maksimal, gue nge-aransemen sedikit lead gitar
gue dengan lead gitarnya Sarwo dengan mencocokkan nadanya. Agak niru-niru gaya
Synyster Gates sama Zacky Vengeance gitulah. (maklum, penggemar OVJ
sevenfold avenged sevenfold).
Pada
hari Kamis tanggal 25 April 2013, kami latihan lagi pada malam hari. Kali ini,
studionya beda. Kami latihan band di rumahnya Pak Zal, seorang penjaga sekolah
di SMK N 6 PADANG. kabarnya, Putranya Pak Zal adalah salah satu anggota band
Victraz. Rumahnya Pak Zal terletak di dekat rel kereta api. Rumah beliau memang
sederhana dan bagian ruang tamunya sangat mengejutkan. Di atas meja di bagian
pojok kanan terletak berpuluh-puluh piala. Ya, Piala juara festival band.
Mengagumkan. Gue ternganga sambil ngiler dan tiba-tiba saja lantai ini sudah
banjir air ludah setinggi lutut orang dewasa. Akibat perbuatan gue, kami
terpaksa ngebersihin banjir air ludah lantai rumah Pak Zal dulu. Baru kami bisa
latihan.
Setelah
selesai bersih-bersih, kami disuruh masuk ke kamar yang terletak di sebelah
kiri ruang tamu. Di dalam kamar itu, terdapat alat-alat musik, speaker disertai
dengan amplifier-amplifiernya. Kami memulai latihan dengan satu buah gitar,
satu keyboard, drum, dan bass. Lagu yang kami bawa latihan sudah pasti,
Kotak-Beraksi sama Killing Me Inside-Biarlah. Di dalam latihan ini, terjadi
sedikit perombakan. Sarwo kepingin jadi vokal untuk bawa lagu Killing Me Inside
sedangkan lagu Kotaknya, si Putri. Sarwo suaranya juga tinggi, tapi kalau
dipaksain terus suaranya bisa jadi serak gitu. Sarwo emang pantas jadi penyanyi
rock.
Kami
latihan selama dua jam dengan perasaan agak sedikit gugup. Maklum, kami
biasanya tampil di belakang layar kaca. Kali ini, kami latihan di depan orang main
judi lagi duduk-duduk sambil main domino.
Hari
jum’at tanggal 26 April 2013, Rahmat pergi ke tempat di mana panitia OSIS
menyiapkan semua perlengkapan untuk acara perpisahan besok harinya. Dia ikut
ngebantuin panitia yang ada di sana sampai hari sore. Kami menyempatkan diri
latihan band di Studio waktu sore hari tapi, yang latihan cuma gue, Purba,
Rahmat, sama Sarwo. Putri? Dia itu pengurus OSIS dan pastinya juga salah satu
panitia yang akan menyiapkan semua acara perpisahan. Lokasi acara perpisahannya
seingat gue, kalau nggak salah tempat acara perpisahannya waktu itu di salah
satu gedung PT Kereta Api. Kata Rahmat, pentasnya cukup luas untuk tampil. Alat-alat
bandnya disewa di studio Ulet Bulu. (kalau nggak salah).
Kami
latihan dengan kondisi apa adanya. Sarwo nyanyiin lagu Kotak-Beraksi dengan
suara paksa. Urat nadi di lehernya waktu itu udah kelihatan hijau. Gue
khawatir, bisa-bisa nih anak urat nadinya jadi putus. Dan akhirnya, apa yang
gue khawatirkan benar-benar terjadi. Tapi gue bersyukur, kenapa? Untung yang
putus waktu itu cuma senar gitar, bukan urat nadinya. (terpaksa ganti rugi).
Nah, akhirnya tanggal 27 April 2013.
Yes!
Impian kami untuk tampil di atas pentas terwujud. Gue ngerasa grogi dan
sekaligus senang. Inilah saatnya kami membuktikan bahwa SMK N 6 PADANG mempunyai
siswa-siswa yang berbakat dalam bermain musik. Waktu itu gue pergi bersama
salah seorang pengurus OSIS ke lokasi acara dengan mobil Avanza. Yang bawa
mobil waktu itu adik kelas gue. “aduh, anak kecil bawa mobil aja udah bisa.
Sedangkan gue, motor aja belum! Kata gue dalam hati sambil garuk-garuk kaca
mobil dengan gigi.
Beberapa menit setelah itu, kami sampai di TKP. Waktu sudah menunjukkan
pukul 09.00. acara formal masih belum dimulai. Siswa-siswa dan guru-guru masih
hiruk pikuk dan selfie-selfie. Gue masuk ke dalam gedung untuk ketemuan sama
teman-teman se-band. Eh, ternyata gue ketemuan sama Asrofil. Pakaiannya formal
banget. Pake jas, celana dasar, sepatu Pantofel, dan topi haji. Orangnya emang
alim. Teman-teman selokal sering manggil dia dengan sebutan ustad. Dia terlihat ganteng dan keren dengan
pakaiannya.
Kelihatannya cuma kami berdua yang pakaiannya begitu formal. Sedangkan
siswa kelas XII yang lain, cuma pake jas, baju kaos, celana jeans, dan sepatu
kets. Malahan ada yang tanpa alas kaki. Rahmat dan Purba juga demikian. Gue
langsung cari kamar kecil kemudian, ganti pakaian mulai dari baju kaos, celana
jeans, sepatu kats, dan yang terakhir, jas.
Setelah keluar dari kamar kecil, gue berpapasan sama Purba
kemudian, tukeran jas. Jas gue terlalu kebesaran. Jas yang dipakenya agak
kekecilan. Lalu, Purba nanya.
“Lai ado baok kamera ang? (lo bawa kamera, kan?).
“Ndeh, lupo den a... ! (Aduh, aku lupa...!)
Ya udah deh, nggak apa-apa. Lagian, orang-orang di sini
bawa kamera kok. Mereka pasti bakal motret-motret kita waktu lagi tampil. Kata
Purba dengan datar.
Setelah tukeran jas, kami melompat lagi ke lokasi acara.
Ruangan sudah terasa panas. Kami sekarang seperti sedang di rebus dalam sebuah
wadah yang sangat besar. Tiba-tiba, si Putri datang.
Bang Zaky. aku lupa bang. Nama band kita apa ya? Masa kita tampil tanpa
Nama gini.
Gue berpikir. Kemudian gue kasih aja nama band yang gue
ingat kemarin. “Scenario” kata gue sama si Putri.
Scenario ya? bagus bang. Bagus. Sambil ngasih jempol.
Kata-kata sambutan dari pembina OSIS sampai Kepala Geng Kepala
Sekolah sudah selesai. Tinggal nunggu pemberian kalung alumni untuk setiap
kelas sebagai kenang-kenangan, disertai dengan foto bersama.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 WIB. Badan ini sudah banjir keringat.
Gue kudu keluar dari gedung agar tidak jadi daging panggang. Gue pergi shalat
sebentar, mengambil makan siang yang sudah disiapin sama panitia, dilanjutkan
dengan sedikit latihan. Tiba-tiba saja si Putri bilang dia kehabisan suara.
Kami mulai panik. Gimana nih, kok harus di saat-saat penting begini ya? kata
gue dalam hati. Jam 3 giliran kami untuk tampil. Kami waktu itu cuma pasrah
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Alhamdulillah, sudah pukul 13.00 WIB. Suara si Putri
kembali seperti semula. Pembukaan acara informal sudah dimulai. Pengisi acara
sudah berbicara dengan bahasa gaul sehari-hari. acara di awali dengan
pertunjukan dance. Di acara dance ini semua siswa ngeliat secara langsung
sambil ngiler melihat para siswi seksi
dan cantik-cantik sedang menari di atas pentas. Gue kudu istighfar kalau
ngeliat yang beginian. Selain dance, ada juga acara drama, parodi, paduan
suara, solo song dan yang paling sering tampil itu band Victraz yang bawain
bermacam-macam lagu mulai dari pop, rock, dangdut koplo sampai aliran sesat.
Selama acara berlangsung, kami mencoba lagi latihan sedikit demi sedikit supaya
tiba tampil memuaskan.
“Bagaimana teman-teman?
Seru nggak acaranya? suara MC terdengar keras
disertai sorak-sorai penonton di dalam ruangan. Akhirnya, giliran kami
untuk tampil. Gue, Rahmat, Purba, dan Sarwo bersiap-siap di ruang sebelah kiri
panggung, dibantu sama keyboardist Victraz, Bang Rizki. Si Putri, bersiap-siap
di ruang sebelah kanannya.
“Baik teman-teman semua. Sekarang
acaranya diisi lagi dengan band. Tapi kali ini beda. band yang tampil ini diisi
langsung oleh sekolah kita. Langsung saja, kita sambut “SCENARIO BAND”.
Kami berlima langsung naik ke pentas dengan jantung yang berdegup dengan
kencang. Di atas pentas, kami melihat langsung para siswa-siswi SMK N 6 PADANG bersorak
bersama-sama. SARWO, SARWO, SARWO, SARWO. Begitulah, Sarwo memang sangat
dikenal oleh siswa kelas X, XI, dan XII. Maklum, dia diangkat sebagai raja
ketika penutupan MOS beberapa tahun lalu. Kami mulai sibuk nyiapin alat-alat
band yang di pakai. Gue (Lead) dan Sarwo (Rithym) ngambil gitar, Rahmat ngambil
bass, Bang Riski sudah nyalain keyboar, dan Purba duduk di kursi disertai drum
di depannya. Sedangkan si Putri......
“HEI, YANG ADA DI SANA.
YANG ADA DI SINI. SEMUA IKUT BERNYANYI. HEI, YANG ADA DI SINI. JANGAN BIKIN
KEKI, BIKIN SUASANA HEPI...”
Suara Putri yang merdu
terdengar di sisi kiri pentas. Kemudian, Sarwo memulai intro.....
TEET, TEREET, TEREEET,
TERET, TEREEETT. TEREET, TEET, TOTEET, TOTEEEET...
Pukulan drum berdentang,
diikuti alunan bass yang mengiri hentakan drum, suara lead gitar dan keyboard
ikut menyatukan bunyi-bunyi musik tersebut yang kemudian menghasilkan alunan
musik yang sangat harmonis. Para penonton sudah nge-jam di bawah pentas. Kepala
mereka ada yang ngangguk-ngangguk, dan mutar-mutar. Gue berdo’a, mudah-mudahan
nggak ada satu penonton pun yang sedang kesurupan. Kilatan-kilatan kamera
menghiasi wajah kami di atas panggung. Sekarang, Putri sudah mulai memasuki
lirik lagu.....
gara-gara bassnya si Rahmat, muka si Purba nggak masuk kamera. Dasar!
Foto-foto Unyu Personil Scenario Band
SCENARIO BAND-BERAKSI (KOTAK COVER)
ketika siapa saja sendirian
berdiam diri tak ada hiburan
jika kau merasakan kesepian
datang kemari kita senang-senang
semua berdiri waktunya beraksi
menghina sampe kerasa nggak jaman
kami datang membawa perdamaian
ciptakan suasana tak terlupakan
lantangkan suaramu dan teriakkan
semua berdiri waktunya beraksi...
Reff : yang ada di sana, yang ada di sini semua ikut bernyanyi
hei, yang datang ke sini jangan bikin keki bikin suasana hepi..
(Guitar Solo)
Back To Reff 2x
beraksi
beraksi
[interlude] 3x
PLOK, PLOK, PLOK, PLOK, PLOK.
beraksi
[interlude] 3x
PLOK, PLOK, PLOK, PLOK, PLOK.
LAGI, LAGI, LAGI, LAGI.
SCENARIO, SCENARIO, SCENARIO, SCENARIO.
telah menjadi kenangan
dan seakan kulupakan
karena ku tak sejalan
Dan tak mungkin kubertahan
Meski telah kucoba
Semuanya tak berguna
Terbuang sia-sia
Reff ;
Dirimu di hatiku
Sudah terlalu lama
Biarlah ku mencoba
untuk tinggalkan semua
wowowo.....
Dan tak mungkin kubertahan
Meski telah kucoba
Semuanya tak berguna
Terbuang sia-sia
Reff :
Dirimu di hatiku
Sudah terlalu lama
Biarlah ku mencoba
Untuk tinggalkan semua
Back To Reff (3x)
Kami tampil dengan mengecewakan. Tapi, penonton tetap bersorak positf kepada kami. Benar-benar akhir yang buruk.
Sarwo mengaku kesusahan waktu mindahin kunci gitar. Pasalnya, sandang gitarnya terlalu ke longgar sehingga gitarnya terlalu ke bawah. Sedangkan gue, kata Purba bunyi gitar gue ngeleong-leong gitu karena nggak suaranya nggak di stem. Terus volumenya juga ditambahin. Sedangkan Rahmat, masih salah-salah waktu mainin bass. Dia ngaku jari tangannya jadi capek kalau kelamaan main bass. Apalah daya, semua sudah terjadi. Setidaknya, kami sudah menampilkan yang terbaik buat adik-adik kelas yang nggak bakalan bisa gue temui lagi.
Waktu berlalu. Hari sudah mulai gelap. Penutupan acara diisi oleh guru PL yang cantik jelita dari STKIP PGRI PADANG, Buk Junia Wahyuna sebagai vokal. Kami berjoget-joget di atas pentas sambil diiringi musik dangdut remix yang dibawa sama personil Victraz Band. Ini adalah acara perpisahan terakhir yang kami ikuti dan diiringi dengan impian kami yang terwujud di atas panggung. Hasrat ingin tampil kembali masih ada. Tapi, mau bagaimana lagi. Ini adalah yang terakhir. Mungkin saja, suatu hari gue bisa tampil perform di atas panggung dengan band yang berbeda.
Kehidupan kami sekarang sudah berpencar. Rahmat ikut dengan Ayahnya untuk menjalankan usaha keluarga, Usman Purba mencari uang untuk kehidupannya ke Malaysia. Sementara, gue melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Padang. Bagi gue, itu adalah pengalaman sangat menyenangkan dan tak akan pernah bisa kami lupakan. Hanya sekali seumur hidup? Nggak. Mungkin, suatu hari kami bisa kumpul bareng dan nge-band di studio bersama lagi.
SCENARIO, SCENARIO, SCENARIO, SCENARIO.
Performance band gue tampil dengan sukses. Mereka masih
menyoraki kami ketika turun dari panggung. Rasanyaa.... deg-degan tapi, menyenangkan.
Gue juga sempat ketemu sama Abang-abang alumni. Rasanya senang banget. Tapi,
nggak ada waktu dulu untuk bersantai. Masih ada satu lagu lagi yang harus
dibawa “Killing Me Inside-Biarlah”. Kami
ngejarin latihan sebentar. Dan di saat lagu inilah tiba-tiba perasaan gue jadi
nggak enak soalnya, waktu latihan kami jarang bawa lagu yang satu ini.
Sekarang pukul 16:00 WIB. Band kami dipanggil lagi untuk
perform.
Kami menaiki pentas. Gue
(Lead) dan Sarwo (Rithym dan Vocal) ngambil gitar, Rahmat ngambil bass, dan
Purba bersiap-siap dengan drumnya. Penonton mulai bersorak “SARWO, SARWO, SARWO”.
Sarwo memang yang paling ditunggu-tunggu oleh teman-teman sekelasnya.
DUM, DUM, TAK, TAK, DUM,
TAK, DUM, DUM, TAK, TAK, DUM, TAK, CSSS....
Rithym
gitar, Lead Gitar, dan Bass mulai mengiringi intro musik bersamaan. Penonton bersorak
melihat performance band kami yang terakhir kali. Entah kenapa.... rasanya beda
ya” kata gue dalam hati. Sarwo sudah mulai bernyanyi....
SARWO CS-BIARLAH (KILLING ME INSIDE COVER)
Semua yang berlalutelah menjadi kenangan
dan seakan kulupakan
karena ku tak sejalan
Dan tak mungkin kubertahan
Meski telah kucoba
Semuanya tak berguna
Terbuang sia-sia
Reff ;
Dirimu di hatiku
Sudah terlalu lama
Biarlah ku mencoba
untuk tinggalkan semua
wowowo.....
Dan tak mungkin kubertahan
Meski telah kucoba
Semuanya tak berguna
Terbuang sia-sia
Reff :
Dirimu di hatiku
Sudah terlalu lama
Biarlah ku mencoba
Untuk tinggalkan semua
Back To Reff (3x)
Kami tampil dengan mengecewakan. Tapi, penonton tetap bersorak positf kepada kami. Benar-benar akhir yang buruk.
Sarwo mengaku kesusahan waktu mindahin kunci gitar. Pasalnya, sandang gitarnya terlalu ke longgar sehingga gitarnya terlalu ke bawah. Sedangkan gue, kata Purba bunyi gitar gue ngeleong-leong gitu karena nggak suaranya nggak di stem. Terus volumenya juga ditambahin. Sedangkan Rahmat, masih salah-salah waktu mainin bass. Dia ngaku jari tangannya jadi capek kalau kelamaan main bass. Apalah daya, semua sudah terjadi. Setidaknya, kami sudah menampilkan yang terbaik buat adik-adik kelas yang nggak bakalan bisa gue temui lagi.
Waktu berlalu. Hari sudah mulai gelap. Penutupan acara diisi oleh guru PL yang cantik jelita dari STKIP PGRI PADANG, Buk Junia Wahyuna sebagai vokal. Kami berjoget-joget di atas pentas sambil diiringi musik dangdut remix yang dibawa sama personil Victraz Band. Ini adalah acara perpisahan terakhir yang kami ikuti dan diiringi dengan impian kami yang terwujud di atas panggung. Hasrat ingin tampil kembali masih ada. Tapi, mau bagaimana lagi. Ini adalah yang terakhir. Mungkin saja, suatu hari gue bisa tampil perform di atas panggung dengan band yang berbeda.
Kehidupan kami sekarang sudah berpencar. Rahmat ikut dengan Ayahnya untuk menjalankan usaha keluarga, Usman Purba mencari uang untuk kehidupannya ke Malaysia. Sementara, gue melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Padang. Bagi gue, itu adalah pengalaman sangat menyenangkan dan tak akan pernah bisa kami lupakan. Hanya sekali seumur hidup? Nggak. Mungkin, suatu hari kami bisa kumpul bareng dan nge-band di studio bersama lagi.
0 comments:
Posting Komentar