Minggu, 21 Desember 2014

Era Nge-Band

Masa-masa yang paling menyenangkan bagi para musisi adalah ketika mereka menyalurkan bakat musiknya dengan cara mendirikan grup band. Bahkan, hasrat tersebut timbul dalam diri seseorang untuk mendirikan grup band. Zaman sekarang, studio-studio band yang ada di setiap kota dikunjungi oleh berbagai kalangan. Mulai dari anak SMP, SMA, Mahasiswa, sampai orang yang cuma numpang megang kabel di studio. Kurang kerjaan.

Sebagai seorang musisi, nggak terasa menyenangkan kalau gue nggak punya band. Untuk apa punya bakat tapi nggak disalurkan? Untuk apa punya kelebihan tapi nggak dikembangkan? orang yang selalu melangkah ke depan nggak bakalan pernah menjadi penonton.

Siklus hidup gue setiap harinya cuma :

Bangun tidur.

Mandi.

Pergi Sekolah.

5D (Datang, Duduk, Diam, Dengar, Dungu).

Pulang.

Tidur.

Bangun Lagi.

Siklus itu terjadi berulang kali. Membosankan. Sangat membosankan.

Mendirikan sebuah band sudah terpikirkan ketika gue mau lulus SMP. Ketika masuk MAN 2 PADANG, tujuan gue terwujud. Tapi, tak bertahan lama. Band gue bubar setelah gue tinggal kelas. Gue terpaksa ngulang lagi di kelas yang sama di SMK N 6 PADANG dan bikin band yang baru.


Ketika sedang MOS, gue berhasil ngajak satu ekor manusia untuk mendirikan band. Gue nempatin posisinya sebagai bassis. Lalu, gue mencoba ngajak teman-teman yang lain, tapi hasilnya nihil. 2 minggu kemudian, kami berhasil mengajak satu orang lagi untuk bergabung. Dan  akhirnya, terbentuklah 3 anggota band yang benar-benar solid. Kami selalu berdiskusi untuk memberi nama yang tepat untuk band ini. Tapi, setiap nama band yang sudah kami bikin pasti selalu  gonta-ganti nama terus. Jadi, gue ngusulin nama band ini dengan nama R.U.Z. Band R.U.Z didirikan berdasarkan inisial nama depan kami yaitu, Rahmat, Usman dan Zaky.

Foto orang yang di tengah itu orang yang paling ganteng

Profil Anggota Band R.U.Z :

·                   Rahmat Hidayatullah (Facebook : Rahmat Netralizer)

Rahmat Hidayatullah adalah anggota band pertama yang bergabung dalam band R.U.Z. dia pandai dalam memainkan gitar. Terkadang tangannya sedikit tersendat-sendat waktu mau pindah kunci atau pas lagi mainin melodi. Setiap kali main ke studio, dia nggak pernah nyumbangin uang buat sewa alat. Maklum, dia berasal dari keluarga yang ekonominya rendah. Untuk belanja sehari-hari di sekolah aja susah. Hidupnya selalu nomaden setiap 3 bulan. Tapi, dia selalu punya tekad untuk tampil di pentas bersama kami. Yang jelas, dia nggak pernah ngecewain, deh!

·                   Usman Purba (Facebook : Usman Purba)

Usman Purba adalah anggota band yang masuk paling terakhir. Ekonomi keluarganya sama seperti Rahmat Hidayatullah. Dia merupakan anak semata wayang, hidup nomaden, dan juga merupakan keturunan suku purba. Bukan, dia bukan sisa makhluk purba yang sudah punah. Dia manusia normal sama seperti kita. Karena, di Sumatera Utara terdiri dari berbagai macam suku salah satunya suku purba. Selain sangat piawai dalam memainkan gitar, dia juga hebat  mainin drum. Setiap kami latihan band di studio, dia pasti selalu mukul drum pake tulang mirip orang lagi kesurupan.

·                  Zaky Al-Ikhsan Budiman (Facebook : Zaky Al-ikhsan Budiman)

Zaky Al-ikhsan Budiman adalah pencetus berdirinya band R.U.Z. Dia terkenal dengan kegantengan dan keramahannya, terus baik hati, suka menolong, pintar, supel, ditaksir banyak cewek, jago main gitar, rajin menabung dan lain-lain. Yang jelas, susahlah kalau mendiskripsikan si Zaky ini. Orangnya terlalu baik.


Berikut ini adalah rekam jejak band R.U.Z selama di SMK N 6 PADANG:

KELAS X

Kami memulai latihan pertama di sebuah studio yang bernama garis langit, berjalan sejauh 5 Km tanpa bermodalkan alas kaki. Para pedestrian memandangi kami dengan prihatin. Sampai di studio, kulit telapak kaki kami sudah merah-merah, berasap, terkelupas, dan dipenuhi nanah. Maklumlah, namanya juga anak SMK.

           Lagu yang kami bawain di studio yaitu Ello-Masih Ada dan Domino-Seberapa Pantas. Kami memainkannya berulang-ulang, kemudian kami coba mengaransemen ke berbagai macam jenis musik dari lagu-lagu itu.

Sedari dari awal, band gue yang kedua ini jauh lebih dahsyat dari band pertama. Kami bisa membawa lebih dari lima lagu setiap latihan di studio, beda dengan band pertama gue. Bawa satu lagu slow aja drummernya langsung migren.

            Setiap sebelum latihan ke studio, kami selalu membiasakan diri dengan melakukan persiapan terlebih dahulu yaitu, latihan kosong. Maksud latihan kosong di sini adalah latihan cuma pake gitar akustik sama buku gitar. Tujuannya, supaya uang yang kami gunakan waktu latihan di studio nggak sia-sia.

 Kami selalu latihan kosong di rumah gue. Di rumah, siang hari nggak ada satu ekor pun makhluk terkecuali adik gue. Kami melakukan latihan sambil browsing medsos dan youtube di internet, lalu kami tak pernah lupa untuk mengakses chord-chord lagu Indie dan Barat. Gue juga nunjukin sama teman-teman sebuah aplikasi musik di komputer yang disebut “Guitar Pro 5”, jika dibuka, kita akan melihat not-not balok, disertai dengan tablature dan angka-angka. Cuma orang yang ngerti musik yang bisa baca tablature. Gue ngajarin Rahmat sama Purba gimana cara membaca tablature. Lagu yang kami pelajari dengan Guitar Pro 5 waktu itu yaitu Kotak-Beraksi, Gun’n’Roses-Sweet Child O Mine, dan Greenday-21 guns.

Beberapa bulan kemudian, kami move on dari studio garis langit ke Crassus Studio yang terletak di Lubuk Minturun. Crassus Studio berada di belakang warnet yang bernama Warnet Crassus. Alat-alat bandnya sangat terawat, bersih, Full AC dan ruangannya cukup luas. Harga sewanya cukup Rp.25.000,-/jam. Dari SMK N 6 PADANG, kami selalu naik bus kota ke Crassus Studio. Setiap kernet minta ongkos, kami sebagai siswa SMK hanya bisa ngasih KTP. Seandainya waktu itu kami punya BLT, hal ini nggak bakalan pernah terjadi. Menyedihkan.

 Kami memainkan lagu yang sudah kami pelajari di Crassus Studio dengan  hasil yang sangat memuaskan. Selain itu, band kami juga ditonton oleh cewek-cewek SMA. Ceweknya cantik-cantik loh! Gue bisa ngelihat mata mereka sudah berubah jadi LOVE-LOVE waktu gue nyanyi. Gue mulai khawatir, setelah usai latihan, bisa-bisa gue langsung direbutin sama cewek-cewek itu. Susah juga kalau gue sampai diajak bunuh diri sama-sama. (lebay).

 Memasuki semester 2 tepatnya di bulan februari, semua siswa kelas XII meminta kepada pengurus OSIS beserta Pembina mereka untuk menampilkan band pada acara perpisahan. Mereka merasa bosan dengan acara perpisahan yang selalu dihibur oleh para musisi orgen kelas tradisional. Sejarah membuktikan, setiap kali ada acara perpisahan di sekolah, para siswa pasti bakal teriak “TURUUUN, TURUUUN! Kalau pengisi acaranya masih belum turun, mereka bakal melempar bom molotov.

  Pembina OSIS SMK N 6 PADANG, yaitu Buk Rima Darmayenti mengabulkan permintaan siswa kelas XII dengan syarat Band yang mendaftar minimal harus 4 grup.

Lha? Kok gitu buk? Gue nanya

Of courselah! kalau cuma untuk jadi pajangan di atas pentas, apa gunanya? Acara perpisahan ini bukan acara pameran barang usang. Daripada uangnya mubazir, mendingan sisanya dijadiin celengan perut. Kata Buk Rima.

Bener juga ! kata gue dalam hati. Selain cuma sekedar ngamburin fulus,

       SMK N 6 PADANG juga terkenal dengan sebutan sekolah cewek. Di setiap sudut kelas bertebaran pasti ada cewek-cewek yang 70% wajah cantiknya diedit via photoshop. Yang mayoritas cowok cuma di jurusan TKJ. Denger-dengernya beberapa dari siswa TKJ juga punya grup band. Jadi, kami kudu optimis bahwa permintaan kami pasti dikabulkan sama Pembina OSIS.  

             Bulan April datang. Kami melihat tak ada perubahan. Dari awal, band yang mendaftar cuma band kami. Impian kami untuk unjuk gigi akhirnya tidak terwujud. Gue mengira para siswa TKJ bakal nampilin band mereka. Ternyata, mereka menampilkan bakat mereka dengan memakai CPU-CPU rongsokan dan dipukul-pukul sama tulang rusuk manusia. Acara perpisahan pun berakhir dengan kerusuhan. Para pengisi acara di pentas dilempari penonton dengan kotoran.

KELAS XI

            Di zaman kelas XI, tak banyak latihan yang bisa kami lakukan. Pertama, karena khusus kelas XI perhotelan II dijadwalkan untuk magang ke hotel-hotel di kota padang selama di semester satu, dan yang kedua khusus jadwal kelas XI perhotelan III dan kelas XI Boga II dijadwalkan untuk magang ke hotel di semester dua. Masing-masing kelas mengikuti kegiatan magang selama satu semester penuh. Itu artinya, jadwal magang kami juga berbeda.

            Di antara 3 orang anggota grup band. Cuma gue yang jadwal magangnya berbeda. Gue magang di semester satu, sedangkan Rahmat & Purba di semester dua. Meski begitu, gue tetap usahain latihan kosong maupun latihan di studio.

            Di kelas XI semester satu ini, kami sempat mau ikut festival band yang diadain oleh SMA tetangga kami, “SMAN 10 PADANG”. siswa-siswa kota Padang memberi gelar gaul dengan sebutan ‘SMANTEN”. Kami sempat mempunyai satu orang anggota band yang bergabung dengan kami. Anggap saja namanya Irwan. Irwan ngasih tahu gue tentang festival band itu. Gue sempat ngototin diri untuk sama Purba. Irwan juga ngajak temannya yang sekolah di SMAN 5 PADANG. Hanya Rahmat yang nggak bisa ikut karena dia kudu latihan pencak silat di setiap sore.

            Singkat cerita, sekitar pertengahan November dua minggu sebelum seleksi kami sudah ngedaftarin band kami di SMA 10 PADANG. selama seminggu kami latihan di studio tanpa ada satu lagu pun yang kami mainin dengan sempurna. Hingga akhirnya, Irwan yang tadinya termotivasi mau jadi juara band pun hilang lalu, memutuskan keluar dari band. Uang Rp.50.000,- gue terbuang cuma-cuma. Sebagai gantinya, Irwan ngasih ganti rugi setengah dari uang gue. Padahal, gue udah terus-terusan mikirin cara agar bisa tampil lebih maksimal. Tapi yah, gue tahu itu memang gak salah dia sepenuhnya. Yang jelas, kami mengucapkan terima kasih karena sudah membantu selama ini. satu semester ini, band kami yang ingin tampil berakhir sia-sia.

            Semester satu selesai. Dari Dunia Industri, Balik lagi ke Dunia Pendidikan.

            Di semester dua, giliran Rahmat dan Purba yang pergi magang ke hotel. Selama satu semester itu kami tidak pernah menyentuh studio. Tapi, Rahmat dan Purba juga menyempatkan diri untuk datang ke rumah gue kalau mereka lagi libur kerja. Mereka datang bukan secara bersamaan. Maklum,  karena mereka magang di hotel yang berbeda juga. Meski mereka magang di hotel yang sama jadwal libur mereka juga pasti beda.

            Selama mereka pergi magang, gue ngambil les gitar di Studio Sari Musik guna menambah kemampuan gue yang masih payah ini. Dan di waktu magang ini juga, Rahmat nunjukin lagu ciptaan yang dia bikin. Lagunya benar-benar sesuatu. Selain liriknya yang bagus dan irama yang sangat enak didengar, lagu yang diciptakan Rahmat juga berhubungan dengan salah seorang wanita yang dicintainya. Tapi sayang wanita itu selalu menjauh darinya. Sabar ya mat. Dan maaf, gue nggak mau ngasih tahu siapa nama wanita itu ke kalian semua. Pasalnya. gue udah janji untuk menjaga rahasia kisah cinta si Rahmat. Lagu Rahmat gue rekam pake hape dan gue simpan. Berkas lagu dan juga liriknya masih ada sampai sekarang. Berikut gue lampirkan lirik lagu beserta chord gitarnya.

                                                            PERGILAH                                                      

Ciptaan : Rahmat Hidayatullah

Intro: C F Am G F 2x

C                             F
Memang aku mencintaimu
Am             G                        F
Tapi aku,,tak bisa mengungkapkanya
C                             F
Memang aku ini pengecut
Am                G                     F
Yang selalu,,lari dari kenyataan

Bridge:
G                     F
Biarlah kau membenci diriku
G                     F
Mungkin kau bukanlah untuk ku..

Reff:
C
Jadi pergilah dariku,,
F
Dan larilah sejauhnya,
Am                  G
Agar ku bisa lupakan
F
Kamu dari hatiku..
C
Jadi pergilah dariku
F
Dan jangan,,kembali,
Am                         G
Mungkin memang bukan aku
F
Yang engkau cari,,
Int:C   F  Am  G  F
C                     F
Memang aku mendustai mu
Am        G                   F
Tapi aku,,jujur  didalam hati

C                     F                   Am
Dan memang aku tak berani,,
G
Untuk mengatakanya,,

Back to: Bridge, Reff

( lead solo) C F Am F G (2X) C Am F G F G

C
Jadi pergilah dariku
F
Dan  larilah sejauhnya
Am                  G
Agarku bisa lupakan
F
Kamu dari hatiku,,

D
Jadi pergilah dariku
G
Dan larilah sejauhnya
Bm                  A
Agar ku bisa lupakan
G
Kamu dari hatiku,,,,
D
Jadi pergilah dariku
G
Dan jangan kembali
Bm
Mungkin memang
A                        G
Bukan aku yang engkau cari
Bm                         A
Mungkin memang bukan
G
Aku yang engkau cari

Coda: (D)

            TET, TERERERET TEREEEEET. (APPLAUSE HAD BEEN ADDED)

            Lagu ini disambut positif oleh teman-teman sekolah, khususnya siswa jurusan Perhotelan. Purba semakin semangat untuk ngajak latihan kosong tiap hari. Dia terus-terusan berpikir seperti apa pukulan drum yang cocok untuk lagu ini. Gue nggak mau kalah. Apa yang diajarin Bang Tedi di Sari Musik kudu gue aplikasikan. Di Intro awal, gue menambah Scale Mayor C, karena chord awal yang dimainkan adalah chord C. Begitu juga di bagian lead solo. Tapi, untuk di Scale Mayor C nya gue cocokin sama irama bagian Reffnya.

            Setelah kami latihan rutin bersama, Lagu ini kami rekam ulang lagi pake hp di studio band. Lalu, lagunya gue jadiin video kemudian diupload ke akun Youtube dan dipromosikan lewat facebook. Alhamdulillah, hasil kerja keras kami mendapat pujian dari teman-teman facebooker.


KELAS XII

Purba : woy, tahun sekarang acara band bakal dtampilin di acara
            perpisahan.

            Gue : serius?

            Purba : Ya, Pembina OSIS udah ngabulin permintaan kita.

            Rahmat : Heh! Kita kan udah kelas XII. Palingan cuma jadi penonton

            Purba : nggak, gue udah bilang sama Buk Rima kalau kita mau tampil.
                        acara perform kali ini juga bakalan diisi sama Victraz Band.
           
            Rahmat : Victraz. Band siapa tuh? Band siswa TKJ?

            Purba : nggak, Victraz Band.

            Gue : Emang lo udah liat bandnya.

            Purba : Belum. Kabar-kabarnya itu salah satu band yang terkenal di
                        Padang.

            Gue : Hmmm... ! terus, lagu apa yang kudu kita bawa? Lagu yang sering
                      Kita latih di studio akhir-akhir ini Kotak-Beraksi, Netral-Sorry
                      Killing Me Inside-Biarlah sama J-Rock-Falling In Love. Lalu, kita
                      juga kurang anggota.

            Purba : tenang, coy! Gue udah dapat dua orang dari kelas XI. Sarwo sama
                         Putri.

            Gue : Putri yang gendut itu, ya? Mantap tuh. Suaranya juga nggak kalah
                      killer.

Rahmat : Sarwo itu kalau nggak salah Jurusannya hotel, kan? Emang dia
                            bisa main gitar?

            Purba : Iya, donk! Dia emang jago main gitar. Sama kayak lu, Zak.
                        Gue yakin dia pasti bisa. Daya tangkapnya cepat, kok!

            Rahmat : serius? Nanti malah jadi kayak kemarin-kemarin. Dapat anggota
                            baru, tapi nggak ada yang komit.

            Purba : liat aja. Yang jelas, besok kita kudu ajak Sarwo sama Putri latihan
                        bareng.

Sebelum datangnya Ujian Hidup Ujian Nasional, kami coba mastiin semuanya dan ketemu lagi dengan Putri dan Sarwo. Setelah saling menyogok terus-terusan berdiskusi, akhirnya mereka sepakat untuk ngebantu band kami. Alhamdulillah. Mereka bilang akan menyempatkan waktu mereka walau jadwal sekolahnya sampai jam 3 sore.

            Udah komit. Setelah itu ikut Ujian Nasional empat hari :

            Senin   : Bahasa Indonesia

            Selasa  : Matematika

            Rabu    : Bahasa Binatang Bahasa Inggris

            Kamis  : Kompetensi Keahlian

            Waktu yang tersisa untuk latihan tinggal hari Jum’at, Sabtu, Minggu. Kemudian Senin-Jum’at. Sabtunya tampil di pentas.

            Rasa tidak sabar dan deg-degan sudah menghiasi dada ini. lagu yang kami coba kala latihan yaitu “J-rocks-Fallin’ In Love sama Killing Me Inside-Biarlah. Putri ngaku suaranya itu mulainya dari nada A. Sedangkan J-rock dari nada C. Kami berusaha untuk nge-aransemen kunci yang cocok dengan suara si Putri. Sayangnya usaha kami berakhir dengan kegagalan.

            Gue ngusulin, “Kalau kamu nyanyi lagu Kotak-Beraksi aja gimana, Put?
            Mau aja sih. Tapi, masa’ kok di sini bang? Kan, malu. Kita latihan di teras
            rumah Abang. nanti orang ngira gue lagi kerasukan Tuyul Pitak. Kata putri
            sambil gigit pagar rumah.

            Nggak bakal. Nggak usah minder! PD aja lagi. kami bertiga dulunya
            Nyanyi keras-keras sambil ngebanting gitar di sini. Toh, Pejalan kaki
            do not care.

            Dia ragu. Dia masih coba cari-cari alasan kalau nada suaranya nggak setinggi Mbak Tantri. Kami coba lagi untuk menyogok meyakinkan Putri. Gue yakin suaranya pasti sampai. Waktu dia coba, sesuai dugaan kami. tinggi suaranya memang pas sama Mbak Tantri. Alhasil, kaca-kaca di rumah gue sampai rumah tetangga sekitar pecah semua. Kami berlima kena hukuman sosial.

              Tinggal satu yang harus di pas kan. Sarwo. Gue sependapat sama Purba kalau dia jago main gitar. Gue ngajarin dia lagu “Beraksi” sesuai dengan yang gue pelajari di Guitar Pro 5. Daya tangkapnya cepat. Sekali-sekali dia lupa apa yang gue ajarin. Gue coba ajarin dia terus-terusan dengan sabar. Terus, waktu itu kami memutuskan untuk membawa satu lagu lagi “Killing Me Inside-Biarlah”. Lagu Rahmat-Pergilah? Lagu itu gak diizinin Rahmat soalnya, dia takut lagunya itu bisa dibajak orang. karena nggak ada hak paten, cukup bawa di studio saja. Chord yang gue ajarin ke Sarwo bukan chord yang didapat dari chord gitar abal-abal internet. Tapi chord yang gue pelajari di Guitar Pro 5. Kalau di Guitar Pro 5, chordnya pasti asli. Langsung buatan band itu sendiri.

Pada malam hari, kami berlima menyempatkan diri untuk latihan di studio. Yang datang di studio bukan cuma kami berlima aja. Waktu itu, juga ada adik-adik kelas gue. Yang gue ingat cuma Febri si Ketua OSIS, dan Raka yang menjadi salah satu babunya bawahannya atau lebih tepatnya salah satu OSIS.


            Latihan kami pada malam hari cukup memuaskan. Sesuai dengan yang gue harapkan dari Sarwo yang sudah berusaha secara maksimal, gue nge-aransemen sedikit lead gitar gue dengan lead gitarnya Sarwo dengan mencocokkan nadanya. Agak niru-niru gaya Synyster Gates sama Zacky Vengeance gitulah. (maklum, penggemar OVJ sevenfold avenged sevenfold).
             

            Pada hari Kamis tanggal 25 April 2013, kami latihan lagi pada malam hari. Kali ini, studionya beda. Kami latihan band di rumahnya Pak Zal, seorang penjaga sekolah di SMK N 6 PADANG. kabarnya, Putranya Pak Zal adalah salah satu anggota band Victraz. Rumahnya Pak Zal terletak di dekat rel kereta api. Rumah beliau memang sederhana dan bagian ruang tamunya sangat mengejutkan. Di atas meja di bagian pojok kanan terletak berpuluh-puluh piala. Ya, Piala juara festival band. Mengagumkan. Gue ternganga sambil ngiler dan tiba-tiba saja lantai ini sudah banjir air ludah setinggi lutut orang dewasa. Akibat perbuatan gue, kami terpaksa ngebersihin banjir air ludah lantai rumah Pak Zal dulu. Baru kami bisa latihan.

            Setelah selesai bersih-bersih, kami disuruh masuk ke kamar yang terletak di sebelah kiri ruang tamu. Di dalam kamar itu, terdapat alat-alat musik, speaker disertai dengan amplifier-amplifiernya. Kami memulai latihan dengan satu buah gitar, satu keyboard, drum, dan bass. Lagu yang kami bawa latihan sudah pasti, Kotak-Beraksi sama Killing Me Inside-Biarlah. Di dalam latihan ini, terjadi sedikit perombakan. Sarwo kepingin jadi vokal untuk bawa lagu Killing Me Inside sedangkan lagu Kotaknya, si Putri. Sarwo suaranya juga tinggi, tapi kalau dipaksain terus suaranya bisa jadi serak gitu. Sarwo emang pantas jadi penyanyi rock.

            Kami latihan selama dua jam dengan perasaan agak sedikit gugup. Maklum, kami biasanya tampil di belakang layar kaca. Kali ini, kami latihan di depan orang main judi lagi duduk-duduk sambil main domino.

            Hari jum’at tanggal 26 April 2013, Rahmat pergi ke tempat di mana panitia OSIS menyiapkan semua perlengkapan untuk acara perpisahan besok harinya. Dia ikut ngebantuin panitia yang ada di sana sampai hari sore. Kami menyempatkan diri latihan band di Studio waktu sore hari tapi, yang latihan cuma gue, Purba, Rahmat, sama Sarwo. Putri? Dia itu pengurus OSIS dan pastinya juga salah satu panitia yang akan menyiapkan semua acara perpisahan. Lokasi acara perpisahannya seingat gue, kalau nggak salah tempat acara perpisahannya waktu itu di salah satu gedung PT Kereta Api. Kata Rahmat, pentasnya cukup luas untuk tampil. Alat-alat bandnya disewa di studio Ulet Bulu. (kalau nggak salah).
           
            Kami latihan dengan kondisi apa adanya. Sarwo nyanyiin lagu Kotak-Beraksi dengan suara paksa. Urat nadi di lehernya waktu itu udah kelihatan hijau. Gue khawatir, bisa-bisa nih anak urat nadinya jadi putus. Dan akhirnya, apa yang gue khawatirkan benar-benar terjadi. Tapi gue bersyukur, kenapa? Untung yang putus waktu itu cuma senar gitar, bukan urat nadinya. (terpaksa ganti rugi).

           
Nah, akhirnya tanggal 27 April 2013.

Yes!

Impian kami untuk tampil di atas pentas terwujud. Gue ngerasa grogi dan sekaligus senang. Inilah saatnya kami membuktikan bahwa SMK N 6 PADANG mempunyai siswa-siswa yang berbakat dalam bermain musik. Waktu itu gue pergi bersama salah seorang pengurus OSIS ke lokasi acara dengan mobil Avanza. Yang bawa mobil waktu itu adik kelas gue. “aduh, anak kecil bawa mobil aja udah bisa. Sedangkan gue, motor aja belum! Kata gue dalam hati sambil garuk-garuk kaca mobil dengan gigi.

Beberapa menit setelah itu, kami sampai di TKP. Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00. acara formal masih belum dimulai. Siswa-siswa dan guru-guru masih hiruk pikuk dan selfie-selfie. Gue masuk ke dalam gedung untuk ketemuan sama teman-teman se-band. Eh, ternyata gue ketemuan sama Asrofil. Pakaiannya formal banget. Pake jas, celana dasar, sepatu Pantofel, dan topi haji. Orangnya emang alim. Teman-teman selokal sering manggil dia dengan sebutan ustad.  Dia terlihat ganteng dan keren dengan pakaiannya.

Kelihatannya cuma kami berdua yang pakaiannya begitu formal. Sedangkan siswa kelas XII yang lain, cuma pake jas, baju kaos, celana jeans, dan sepatu kets. Malahan ada yang tanpa alas kaki. Rahmat dan Purba juga demikian. Gue langsung cari kamar kecil kemudian, ganti pakaian mulai dari baju kaos, celana jeans, sepatu kats, dan yang terakhir, jas.
       Setelah keluar dari kamar kecil, gue berpapasan sama Purba kemudian, tukeran jas. Jas gue terlalu kebesaran. Jas yang dipakenya agak kekecilan. Lalu, Purba nanya.

“Lai ado baok kamera ang? (lo bawa kamera, kan?).    
       
“Ndeh, lupo den a... ! (Aduh, aku lupa...!)

Ya udah deh, nggak apa-apa. Lagian, orang-orang di sini bawa kamera kok. Mereka pasti bakal motret-motret kita waktu lagi tampil. Kata Purba dengan datar.

Setelah tukeran jas, kami melompat lagi ke lokasi acara. Ruangan sudah terasa panas. Kami sekarang seperti sedang di rebus dalam sebuah wadah yang sangat besar. Tiba-tiba, si Putri datang.

Bang Zaky. aku lupa bang. Nama band kita apa ya? Masa kita tampil tanpa
Nama gini.

Gue berpikir. Kemudian gue kasih aja nama band yang gue ingat kemarin. “Scenario” kata gue sama si Putri.

Scenario ya? bagus bang. Bagus. Sambil ngasih jempol.

Kata-kata sambutan dari pembina OSIS sampai Kepala Geng Kepala Sekolah sudah selesai. Tinggal nunggu pemberian kalung alumni untuk setiap kelas sebagai kenang-kenangan, disertai dengan foto bersama.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 WIB. Badan ini sudah banjir keringat. Gue kudu keluar dari gedung agar tidak jadi daging panggang. Gue pergi shalat sebentar, mengambil makan siang yang sudah disiapin sama panitia, dilanjutkan dengan sedikit latihan. Tiba-tiba saja si Putri bilang dia kehabisan suara. Kami mulai panik. Gimana nih, kok harus di saat-saat penting begini ya? kata gue dalam hati. Jam 3 giliran kami untuk tampil. Kami waktu itu cuma pasrah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

         Alhamdulillah, sudah pukul 13.00 WIB. Suara si Putri kembali seperti semula. Pembukaan acara informal sudah dimulai. Pengisi acara sudah berbicara dengan bahasa gaul sehari-hari. acara di awali dengan pertunjukan dance. Di acara dance ini semua siswa ngeliat secara langsung sambil ngiler melihat para  siswi seksi dan cantik-cantik sedang menari di atas pentas. Gue kudu istighfar kalau ngeliat yang beginian. Selain dance, ada juga acara drama, parodi, paduan suara, solo song dan yang paling sering tampil itu band Victraz yang bawain bermacam-macam lagu mulai dari pop, rock, dangdut koplo sampai aliran sesat. Selama acara berlangsung, kami mencoba lagi latihan sedikit demi sedikit supaya tiba tampil memuaskan.

           “Bagaimana teman-teman? Seru nggak acaranya? suara MC terdengar keras  disertai sorak-sorai penonton di dalam ruangan. Akhirnya, giliran kami untuk tampil. Gue, Rahmat, Purba, dan Sarwo bersiap-siap di ruang sebelah kiri panggung, dibantu sama keyboardist Victraz, Bang Rizki. Si Putri, bersiap-siap di ruang sebelah kanannya.

           “Baik teman-teman semua. Sekarang acaranya diisi lagi dengan band. Tapi kali ini beda. band yang tampil ini diisi langsung oleh sekolah kita. Langsung saja, kita sambut “SCENARIO BAND”.

           Kami berlima langsung naik ke pentas dengan jantung yang berdegup dengan kencang. Di atas pentas, kami melihat langsung para siswa-siswi SMK N 6 PADANG bersorak bersama-sama. SARWO, SARWO, SARWO, SARWO. Begitulah, Sarwo memang sangat dikenal oleh siswa kelas X, XI, dan XII. Maklum, dia diangkat sebagai raja ketika penutupan MOS beberapa tahun lalu. Kami mulai sibuk nyiapin alat-alat band yang di pakai. Gue (Lead) dan Sarwo (Rithym) ngambil gitar, Rahmat ngambil bass, Bang Riski sudah nyalain keyboar, dan Purba duduk di kursi disertai drum di depannya. Sedangkan si Putri......

           “HEI, YANG ADA DI SANA. YANG ADA DI SINI. SEMUA IKUT BERNYANYI. HEI, YANG ADA DI SINI. JANGAN BIKIN KEKI, BIKIN SUASANA HEPI...”

            Suara Putri yang merdu terdengar di sisi kiri pentas. Kemudian, Sarwo memulai intro.....

          TEET, TEREET, TEREEET, TERET, TEREEETT. TEREET, TEET, TOTEET, TOTEEEET...

          Pukulan drum berdentang, diikuti alunan bass yang mengiri hentakan drum, suara lead gitar dan keyboard ikut menyatukan bunyi-bunyi musik tersebut yang kemudian menghasilkan alunan musik yang sangat harmonis. Para penonton sudah nge-jam di bawah pentas. Kepala mereka ada yang ngangguk-ngangguk, dan mutar-mutar. Gue berdo’a, mudah-mudahan nggak ada satu penonton pun yang sedang kesurupan. Kilatan-kilatan kamera menghiasi wajah kami di atas panggung. Sekarang, Putri sudah mulai memasuki lirik lagu.....

gara-gara bassnya si Rahmat, muka si Purba nggak masuk kamera. Dasar!


Foto-foto Unyu Personil Scenario Band


SCENARIO BAND-BERAKSI (KOTAK COVER)

ketika siapa saja sendirian
berdiam diri tak ada hiburan
jika kau merasakan kesepian
datang kemari kita senang-senang

semua berdiri waktunya beraksi

menghina sampe kerasa nggak jaman
kami datang membawa perdamaian
ciptakan suasana tak terlupakan
lantangkan suaramu dan teriakkan

semua berdiri waktunya beraksi...

Reff : yang ada di sana, yang ada di sini semua ikut bernyanyi
          hei, yang datang ke sini jangan bikin keki bikin suasana hepi..

(Guitar Solo)

Back To Reff 2x

beraksi

beraksi

[interlude] 3x



            PLOK, PLOK, PLOK, PLOK, PLOK.
            LAGI, LAGI, LAGI, LAGI.

            SCENARIO, SCENARIO, SCENARIO, SCENARIO.

Performance band gue tampil dengan sukses. Mereka masih menyoraki kami ketika turun dari panggung. Rasanyaa.... deg-degan tapi, menyenangkan. Gue juga sempat ketemu sama Abang-abang alumni. Rasanya senang banget. Tapi, nggak ada waktu dulu untuk bersantai. Masih ada satu lagu lagi yang harus dibawa “Killing Me Inside-Biarlah”.  Kami ngejarin latihan sebentar. Dan di saat lagu inilah tiba-tiba perasaan gue jadi nggak enak soalnya, waktu latihan kami jarang bawa lagu yang satu ini.

Sekarang pukul 16:00 WIB. Band kami dipanggil lagi untuk perform.

       Kami menaiki pentas. Gue (Lead) dan Sarwo (Rithym dan Vocal) ngambil gitar, Rahmat ngambil bass, dan Purba bersiap-siap dengan drumnya. Penonton mulai bersorak “SARWO, SARWO, SARWO”. Sarwo memang yang paling ditunggu-tunggu oleh teman-teman sekelasnya.

            DUM, DUM, TAK, TAK, DUM, TAK, DUM, DUM, TAK, TAK, DUM, TAK, CSSS....
            Rithym gitar, Lead Gitar, dan Bass mulai mengiringi intro musik bersamaan. Penonton bersorak melihat performance band kami yang terakhir kali. Entah kenapa.... rasanya beda ya” kata gue dalam hati. Sarwo sudah mulai bernyanyi....


SARWO CS-BIARLAH (KILLING ME INSIDE COVER)

Semua yang berlalu
telah menjadi kenangan
dan seakan kulupakan
karena ku tak sejalan

Dan tak mungkin kubertahan
Meski telah kucoba
Semuanya tak berguna
Terbuang sia-sia

Reff ;

Dirimu di hatiku
Sudah terlalu lama
Biarlah ku mencoba
untuk tinggalkan semua

wowowo.....

Dan tak mungkin kubertahan
Meski telah kucoba
Semuanya tak berguna
Terbuang sia-sia

Reff :
Dirimu di hatiku
Sudah terlalu lama
Biarlah ku mencoba
Untuk tinggalkan semua

Back To Reff (3x) 

          Kami tampil dengan mengecewakan. Tapi, penonton tetap bersorak positf kepada kami. Benar-benar akhir yang buruk.

        Sarwo mengaku kesusahan waktu mindahin kunci gitar. Pasalnya, sandang gitarnya terlalu ke longgar sehingga gitarnya terlalu ke bawah. Sedangkan gue, kata Purba bunyi gitar gue ngeleong-leong gitu karena nggak suaranya nggak di stem. Terus volumenya juga ditambahin. Sedangkan Rahmat, masih salah-salah waktu mainin bass. Dia ngaku jari tangannya jadi capek kalau kelamaan main bass. Apalah daya, semua sudah terjadi. Setidaknya, kami sudah menampilkan yang terbaik buat adik-adik kelas yang nggak bakalan bisa gue temui lagi.

         Waktu berlalu. Hari sudah mulai gelap. Penutupan acara diisi oleh guru PL yang cantik jelita dari STKIP PGRI PADANG, Buk Junia Wahyuna sebagai vokal. Kami berjoget-joget di atas pentas sambil diiringi musik dangdut remix yang dibawa sama personil Victraz Band. Ini adalah acara perpisahan terakhir yang kami ikuti dan diiringi dengan impian kami yang terwujud di atas panggung. Hasrat ingin tampil kembali masih ada. Tapi, mau bagaimana lagi. Ini adalah yang terakhir. Mungkin saja, suatu hari gue bisa tampil perform di atas panggung dengan band yang berbeda.

      Kehidupan kami sekarang sudah berpencar. Rahmat ikut dengan Ayahnya untuk menjalankan usaha keluarga, Usman Purba mencari uang untuk kehidupannya ke Malaysia. Sementara, gue melanjutkan pendidikan di Universitas Negeri Padang. Bagi gue, itu adalah pengalaman sangat menyenangkan dan tak akan pernah bisa kami lupakan. Hanya sekali seumur hidup? Nggak. Mungkin, suatu hari kami bisa kumpul bareng dan nge-band di studio bersama lagi.

0 comments:

Posting Komentar