Selasa, 28 April 2015

Flight To Bandung

Tinggal menghitung hari untuk pergi ke Bandung. Dan bagi gue, ini adalah magang kedua atau bahasa resminya Praktek Lapangan Industri kedua gue. Menurut gue, kegiatan Praktek Lapangan Industri merupakan pergantian jadwal kuliah Mahasiswa yang dipindahkan ke dunia kerja dengan tujuan untuk mendapatkan pengalaman, sertifikat dan ilmu sekaligus untuk dilatih menjadi tenaga kerja profesional (+90% mahasiswa cuma mau dapat sertifikat).

Gue pribadi yang udah punya pengalaman sebelumnya pasti udah nggak canggung lagi. Tapi, kali ini benar-benar berbeda. Gue mau mencoba sedikit lebih jauh melangkah. Gue nggak mau seperti burung di dalam sangkar. Praktek Lapangan Industri sekarang ini gue prioritaskan di Ibu Kota Jawa Barat yaitu Bandung. Dari kabar burung yang gue dengar (nggak tau juga burungnya burung siapa), Bandung itu kota yang punya banyak pusat HOTSPOT WIFI yang kencang di setiap sudutnya (makin kencang lagi kalau ngedownload video parno).

 Sebenarnya gue mau magang ke Malaysia (soalnya itu udah impian sejak SMK). Tapi, Nyokap nggak ngizinin gue ke sana. Tau ajalah gimana hubungan antara Indonesia dan Malaysia. Kata Nyokap orang malaysia itu suka nge-bully kita dengan sebutan “Orang Indon” yang artinya orang yang mempunyai derajat yang paling rendah di muka bumi. Padahal kita serumpun, tapi mereka tega-teganya bilang kita dengan sebutan hina macam kayak gitu.  

Kalau dipikir-pikir menurut gue, nggak semua orang Malaysia itu jahat. Orang Malaysia juga ada yang baik. Gue punya seorang teman dari Malaysia. Dia adalah seorang perempuan yang tinggal di Kota Sri Mersing. Mukanya agak sedikit mirip keturunan cina dan cantik kayak ubin mushalla yang baru direnovasi. Sampai-sampai tuh cewek kangen sama gue dan manggil gue dengan sebutan ‘Sayang’ yang buat gue juga jadi makin sayang. Setiap gue kangen dia, gue meluk-meluk dan nyium-nyium layar komputer saking tergila-gilanya.

Gue nggak nyangka aja pihak kampus membuka kerja sama dengan orang Malaysia. Hanya baru di angkatan gue yang buka kerja sama dengan orang malaysia. Ini adalah peluang besar bagi gue untuk melihat dunia dengan lebih luas tapi....................

“Mama gak akan pernah ngizinin kamu pergi ke Malaysia. Mama gak mau kamu disiksa disana. Kamu mau disiksa sama mereka terus balik ke Padang tanpa busana? Seru Nyokap.

Gue diam. Kakak sepupu gue pernah magang ke Malaysia tapi nggak jadi korban pencabulan.
           
"Rapopo ma, rapopo kalau nggak boleh. Tapi kalau ke Bandung boleh ya?"
"Ya, Oke. Kalau ke Bandung Mama izinin. Mama cuma nggak mau kamu disiksa di sana’.

Mau nggak mau gue harus nurutin kata-kata Nyokap. Dan jadilah niat ini untuk merantau ke Bandung. Hotel yang gue prioritaskan di Bandung ada dua yaitu :
1.      Hyatt Regency Bandung
2.      Grand Royal Panghegar Hotel Residence & Convetion Bandung

Lamaran magang yang gue ajuin pertamanya yaitu ke Hyatt Regency  Bandung. Beberapa minggu kemudian CV (Curriculum Vitae) gue ditolak mentah-mentah sama pihak HRD. Kalau dipikir-pikir foto full body yang gue selipkan di CV kayak orang yang lagi kurang gizi. Mereka bakalan malu kalau ada karyawan kurang gizi yang bekerja di Hotel Internasional. Sedikit kecewa.

Tapi, gue terima dengan kondisi ini. masih ada kesempatan kedua. gue coba serahin CV gue ke Grand Royal Panghegar Hotel Residence & Convention Bandung. Setelah gue nyerahin CV. Gue pergi ke Mess Orenjie Guest dan nanyain terus  ke Pak Youmil (Dosen yang mengurus PLI) tentang konfirmasinya untuk kepastian.

Tapi, Pak Youmil bilang pihak hotel masih belum mengkonfirmasi hal tersebut. Gue memutuskan untuk menunggu dan tidur di teras Mess selama satu bulan. Usaha gue untuk menunggu lama membuahkan hasil. Dengan kondisi pakaian yang sudah kumal dan tidak mandi-mandi selama satu bulan, akhirnya gue benar-benar diterima oleh pihak Grand Royal Panghegar Residence Hotel and Convention Bandung.

Gue nggak nyangka pihak hotel menerima orang gelandangan yang kurang gizi kayak gue. Keinginan ke Bandung untuk kedua kalinya terwujud. Nah, setelah diterima gue harus jadi orang yang super sibuk dalam beberapa waktu. Gue harus :

-          Nyari tiket konser pesawat
-          Ngurus kelengkapan untuk PLI (surat izin, history nilai, proposal magang, dan nyari dosen yang bersangkutan)
(Catt : beberapa ekor manusia ditolak oleh HRD karena mereka cebol mempunyai tinggi badan yang tak mencukupi)

Setelah ngurus semua kelengkapan+packing-packing barang, di saat itulah hati gue mulai berat untuk berangkat ke Bandung. Ngerasa jauh dari orang tua adalah hal yang berat yang pernah gue rasakan. Pergi ke Bandung cuma untuk jadi kuli dengan alasan mengikuti training dan buat bahan laporan penelitian untuk kampus adalah hal yang tidak masuk akal. Tapi, dengan alasan mendapatkan pengalaman itulah manusia bisa belajar dari kehidupan agar bisa hidup lebih baik dengan sisi ketidaksempurnaan diri.

Dimulai dari nol dengan harapan bisa menjadi yang lebih baik dan terbang lebih tinggi. Meski itu adalah jalan hidup yang sama sekali tidak gue inginkan. Batin gue terpaksa harus melakukannya.
            16 Januari 2015 “ Flight To Bandung”. Yang Pergi :
-          Budi Ernanda
-        Utari Ardilla Ica Putri Minang Sari (gue heran. gimana cara cewek yang satu ini bikin  namanya waktu lagi UN?)
-          Siti Hamidah
-          Silvia Yetti
-          Zaky Al-Ikhsan Budiman (orang yang paling nggak populer di Jurusan KK)

Kami berlima berangkat dengan pesawat Lion Air (anehnya pesawat ini terbangnya nggak di dalam laut). Pesawat lepas landas pukul 18:00. Nyampe pukul 19:40 Di Jakarta.Setelah sampai di Bandara Soekarno Hatta, kami pergi ke Bandung dengan Mobil Travel yang udah jadi langganan Mahasiswa Manajemen Perhotelan Universitas Negeri Padang.

Pas udah nyampe di bandung, Gue ngeliat jam di hp, Pukul 03.00 A.M. Kami diturunin di depan bengkel. Diatas bengkel itu terpampang tulisan ‘ACAY MOTOR’ jalan aceh no. 18 Bandung. Terus, di sana ada satu ekor senior dari kampus kami. Dan yang paling penting, teman seangkatan juga ada di sana namanya ‘Fadel’.

Buset, kok kami diturunin di bengkel sih? Benar-benar nggak waras. Kalau gue nginap disini, gue pasti sarapannya tiap pagi pake oli. Terus kentut gue berasap.

Kami dibawa masuk ke dalam bengkel. Masuknya juga lumayan jauh. Di depan gue, terlihat pagar yang bertuliskan ‘anak bawah dilarang naik ke atas’. Di bawah ternyata ada sekumpulan manusia dan pastinya juga ada teman seangkatan yang menyambut kami. Cahaya kamera menyilaukan kami, mereka memotret kami terus-terusan.

Kami ngerasa seperti artis yang udah lama kehilangan pentas. Gue sama Budi diiringi terus ke jalan bawah. ‘Buset. Ini kos-kosan atau basement? Kayak lorong lubang jepang. Terus tempatnya jorok. Bak sampah di sebelah wastafel dan bunyi tikus beranak dimana-mana. Kalau dilihat-lihat dari tempatnya, sinar matahari pasti nggak bakalan bisa masuk. Tulang gue bakal keropos kalau udah tua nanti.

Gue sama Budi di tempati di sebuah kamar yang paling ujung. Ini kamar apa gudang ya? dindingnya cuma terbuat dari triplek. Kasurnya nggak ada sprei, debu dimana-mana. Gue mendengar orang kasak-kusuk di lantai atas. Mungkin mereka lagi berzina. Karena rasa kantuk ini udah mulai kuat, gue langsung terjun bebas ke atas kasur.

Pagi-paginya, gue bangun terus mandi, gosok gigi, dan mulai ngeliat keadaan keseluruhan. Baru kali gue ngerasa jauh dari teman-teman dan orang tua. rasanya sediiiiiiiiiiiiiih banget. Pas jalan keluar kos, masih ngerasa sedih, pas mau belanja sedih, pas mau nyebrang jalan sedih, pas mau boker sedih, pas mau nyuci baju sedih, pas mau makan juga sedih. Cuma pas nonton bokep bola aja yang nggak sedih.

Kalau gue punya pacar, dia pasti terus-terusan nanya kabar gue karena saking kangennya. Maklum, gue pria yang mudah dikangenin cewek. Bedanya, kalau LDR ama si pacar gue harus setia sama handphone+nyium-nyium kaca monitornya. I miss you bebeb.. Ai Lav Yuu. Mmmuaaacch, mmmuacccch (bibir monyong 10 senti)
              
Gue jalan ke arah atas kos-kosan untuk nelepon Nyokap. Cuma untuk ngasih tahu kayak gini rasanya jauh dari orang tua.

‘Maafin aku ma yang udah jadi anak durhaka. Besok kalau aku udah sukses, aku akan beliin mama pesawat terbang’.

Kalau kamu beliin mama pesawat terbang, mau diparkir dimana nak? Di rumah kita kan nggak ada bandara?’.

Di garasi aja ma. Muat kok. Dimuat-muatin aja’.

Terus Nyokap ngelanjutin pembicaraan ‘kalau kamu nggak sanggup di sana, mendingan kamu balik aja ke Padang. Emang kayak gitu rasanya bertahan hidup’.

Hmmm... udahlah aku jalani aja dulu.

Tiba-tiba, ada yang menghampiri gue. Gue kaget. Gue ngira bidadari turun dari langit. Ternyata bukan. Ternyata teman gue si Putri.

Dari mana datangnya nih anak? Jangan-jangan dia barusan habis melawan naga terus terjun ke sini dari punggung elangnya. Emang ada ya, bidadari naik elang? Dia nanya

‘kamu ngapain Zaky? kok nangis?’.

Supaya jantan gue nggak hilang gue bilang aja ‘oh nggak ada, cuma nguap dikit terus air mataku keluar!’.

Dia nyengir dengan wajah kelicikan penuh kemenangan pertanda dia  barusan menang melawan naga. Tapi, kayaknya nggak deh. Dia udah tahu semuanya. Hancur sudah harga diri saya sebagai laki-laki. Setelah gue beres nelepon Nyokap, gue merasa semua rasa sedih gue udah hilang. Kemudian, gue balik ke kamar. Gue buka laptop dan nonton video One Ok Rock - Clock Strikes.

0 comments:

Posting Komentar