Gue
berjalan di sebuah gang kecil sambil bawa koper. Bukan, gue bukan diusir dari
rumah. Gue cuma pindah kos. Soalnya gue ngerasa di kos-kosan lama itu, gue
punya banyak banget fans fanatik. Yang paling ngefans ama gue itu debt collector! Karena bagi mereka, Amnesia itu cuma mitos. Meski uang kos
udah nunggak 3 bulan. Hehehe... becanda! Sepanjang jalan gang ditutupi dengan
seng. Pedagang kaki lima bertebaran di mana-mana. Mereka jualan berbagai macam
jenis makanan. Ada yang jual ayam goreng, ikan goreng, sampai ada yang jual
diri.
Setelah gue berjalan melewati
panasnya gurun sahara, barulah gue nyampai di kamar kos terbaru. This is it!
THIS IS THE NEW ONE. Kamar kos gue berukuran kira-kira 1,5x3 Km (ini kamar apa lapangan
parkir?). Kamar mandinya pake shower. Jadi, kalau gue nangis tinggal berdiri di
bawah shower aja. Dingin! Harganya nggak mahal-mahal amat, kok! CUMA 800 RIBU AJA KOK. Cukup membuat
anda diopname di Rumah Sakit selama sebulan karena maag kronis.
Pagi ini pukul 09:00 wib, gue ada
janji sama teman kos lama gue ‘Rahmadani Syahputra’ a.k.a Gaprrrrrkkk (baca :
gendut). Ehm. Maksudnya, a.k.a Putra. Kami mau pergi ke Lembang. Ngapain di
lembang? Ya liburanlah. Bagi anak kos-kosan kayak gue, libur itu harus wajib
ada. Kalau kerja terus bosan euy, sekalian cuci mata. Selain untuk libur dan
ngapel ke rumah pacar, hari libur juga merupakan HARI MENCUCI NASIONAL. Itu berlaku untuk seluruh anak kos seluruh
Indonesia. Kecuali untuk kos yang emang nyewain jasa laundry. kita gak kudu
repot-repot nyuci baju.
Setelah gue ngelempar semua barang
ke kamar kos yang baru, gue langsung tancap gas ke Universitas Pendidikan
Indonesia. Gue ketemuan sama Putra di depan gerbang. Gue ngira dua orang cewek
itu bakal ikutan. Bukan, kami bukan pergi nge-date bareng. SUMPAH. DEMI DEH! Pas
gue liat, ternyata dia cuma seorang diri. Katanya sih, mereka ngantuk dan mau
melanjutkan mimpi indah. No problem! Lagian kalau nungguin tuh cewek pasti
dandanannya lama. Padahal kalau mereka pake pakaian rapi dan natural pun udah
keliatan cantik. Yah, gue tahu sih gue nggak punya hak untuk mendikte. Seharusnya,
kalau mereka dandannya lama mereka bangunnya jam 3 pagi.
Di gerbang UPI, Kami ke Lembang naik
angkot jurusan PETERNAKAN LEMBANG-STASION dan turun di pasar lembang.
Pas nyampe pasar, kami mencari
jajakan warung makanan untuk mengisi perut yang sudah mulai berkokok. Kami
sempat memasuki bagian dalam pasar. Setelah mencari beberapa saat, kami melihat
warteg. Tanpa pikir panjang, kami menghampiri warteg kecil tersebut. Tapi, acara
jamuan makan yang gue rasakan kali ini beda. Waktu kami bilang mau makan, eh,
si Mbaknya malah bilang, Sok sok. Ambil aja!. Anjrit. Gue nggak nyangka ada
penjual makanan sekurang ajar ini. Padahal, caranya penyajian makanannya sama
sekali enggak mirip dengan prasmanan. Kalau misalkan gue jadi waiter di hotel bintang
lima dan gue bilang ke tamunya ‘Sok-sok, lo ambil aja!’, pasti gue bakal
langsung dilindas pake mesin perata aspal sama pemilik hotel.
Setelah mengisi perut ini dengan
tenaga, kami melanjutkan petualangan ke Floating Market Lembang atau dalam
bahasa indonesianya Pasar Terapung Lembang. Kami masuk ke dalam sebuah jalan menurun
ke bawah (ya, iyalah. Masa ke atas?).
Putra sempat bilang ke gue, seminggu
yang lalu dia pergi ke Floating Market Lembang. Katanya di sana tempatnya emang
bagus dan masuk bebas biaya. Pas kami masuk ke gerbang, tiba-tiba ada orang
yang ke kami minta uang masuk dan dikasih tiket. Gue kudu bayar 15.000,-
per-orang = Rp.30.000,-. Aduuuh, Putra.... kenapa kau tipu aku. Bilang aja kau
tak punya duit untuk masuk. Pasti bakal gue bayarin. Tapi untungnya nih tiket
bisa diganti sama minuman.
Satu hal yang mengganggu gue di
Lembang ini. DIIIINGIIIIN. Bawaannya mau kencing terus. Cuacanya mendung
seperti mau hujan. Mungkin karena daerahnya daerah perbukitan. Yah, mau nggak
mau gue harus menyesuaikan dengan cuaca yang kayak gini. Soalnya, gue biasa
hidup di daerah yang panas.
Floating Market Lembang memang
pantas disebut sebagai salah satu objek wisata Lembang. Tempatnya benar-benar
bebas dari sampah. Dan kebanyakan tanaman hijau sejauh mata memandang. Di sana
ada tempat penyewaan boat (perahu) dengan biaya kalau nggak salah Rp.25000,-
per orang. Selain itu, gue juga melihat penjual jajakan makanan yang mereka
jual di atas perahu. Sekarang, gue jadi ngerti alasannya kenapa disebut sebagai
Floating Market Lembang. Kalau kapal-kapal ini ditenggelamkan, namanya akan
berubah menjadi ‘Sinking Market Lembang’ atau bahasa indonesianya ‘Pasar
Lembang Tenggelam’.
Karena pemandangannya yang begitu
menawan. Kami menghabiskan waktu dengan berfoto di sana. Lumayan sebagai
kenang-kenangan. Dan untuk menghindari kesalahan fatal, kami coba menghindari
sejauh mungkin berfoto gaya ALAYERS. Berikut gue bakal tampilkan beberapa dari
sekian ratus foto yang kami ambil :
Please put! jangan buat meme di sini
kosan gue kok nggak keliatan, yah?
barusan tadi ada lumba-lumba loncat, deh!
Gak ada payung, daun pisang pun jadi!
Cieeee, lagi LDR-an tuh !
Lumayan nih, buat di kosan!
Bukan Duo Macan Lembang.
I believe I can fly
2 singgit 2 singgit!
It's time to go home. See ya next time!
pucuak parancihhhh.... hahhahaa
BalasHapusthats no problem, it's good if you have a experience you must will share to another people....
salam panttiiirrr...
Thank you !
Hapus#SALAMPANTIR
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus