Kalau bicara soal binatang, gue suka banget sama yang namanya kucing. Selain menjadi binatang favorit nabi Muhammad, bagi gue kucing merupakan binatang yang paling imut di dunia. Emang. Gue biasanya suka sama yang imut-imut. Sejelek-jelek apapun wajah kucing itu, kalau udah ngelihat dia, pasti gue elus-elus. Gue berpikiran untuk memelihara semua jenis kucing yang ada di dunia ini.
Tapi itu tidak mungkin, mengurus dua ekor kucing aja sudah kerepotan. Belum lagi mempelajari jenis-jenis kucing yang ada di dunia ini, cara memelihara kucing yang baik dan benar, serta hal-hal yang harus dihindari agar tidak timbul suatu hal yang bersifat ketidakprikucingan.
Gue sudah 10 tahun lebih memelihara kucing di rumah. Semua tetangga komplek juga tahu. Sampai-sampai kalau ada kucing yang beranak di rumah mereka. Anak kucingnya pasti dibuang ke rumah gue.
Ini apa maksudnya coba? Lo kalau misalkan mau buang kucing, sekalian aja lo buang sama induknya. Anak kucing itu sama seperti bayi manusia. Dia membutuhkan asupan gizi dari orang tuanya untuk bisa hidup lebih sehat. Atau paling tidak, kalau lo mau buang tuh kucing, lo tungguin dulu anak kucing itu sampai dewasa terus lo buang terpisah sama induknya juga nggak apa-apa. Karena dia udah bisa cari makan sendiri.
Meski gue udah memelihara kucing selama 10 tahun lebih, baru sekali ini dalam siklus kehidupan gue melihara kucing yang paling bodoh di dunia ini. Sebut saja namanya Bona. Bona adalah kucing betina yang tiap bentar ngelahirin anak. Dan itu nggak pernah terurus. Setiap dia punya anak, anaknya mati semua karena dijinjing kesana kemari. atau paling tidak hanya satu yang bertahan hidup. Dan itu pun yang jelek pula.
Selama sejarah siklus hidupnya menjadi seekor kucing. Ini adalah fakta kebodohan yang paling mengejutkan yang pernah dilakukan Bona di dunia perkucingan. Beberapa hari yang lalu, dia melakukan tindakan kekerasan pada anak kandungnya sendiri yaitu, dengan cara mengurung anak kandungnya di atas atap rumah tetangga di lantai dua.
Benar. Ini beneran terjadi. Apa yang telah dilakukan si Bona benar-benar sudah ketidakprikucingan. Waktu itu, gue baru saja pulang dari kampus. Badan gue cukup lelah karena gue ditunjuk untuk menjadi Asisten Banquet Manajer untuk acara Table Manner di kampus. Gue buru-buru ngurus semua persiapan untuk besok paginya.
Gue dikasih tahu sama Nyokap kalau si Bona, nyangkutin anaknya di rumah tetangga di lantai dua. Awalnya nggak percaya. Pas gue lihat, BENER! Gue kaget. Kok bisa ya? Jangan-jangan dia nyangkutin anaknya ke lantai dua sambil naik punggung naga Indosiar.
Dia mengeong-ngeong selama lebih dari dua jam. Dan itu membuat gue jadi nggak tega. Gue nggak habis pikir. Sebegitu awasnya si Bona sama anak kandungnya sendiri supaya nggak diintai sama suaminya yang biadab itu. Ya Allah bona, Ibu kandung macam apa kau ini?
Nyokap meminta gue untuk turunin tuh anak kucing. Gue mencari cara untuk menurunkannya. Gue coba ngambil dia pake kayu. Terus gue panggil-panggil. "Puus, puus". Dia nyahut panggilan gue. Dia coba ambil ancang-ancang buat turun. Tapi gak jadi-jadi. Daerah loncatannya terlalu tinggi buat anak kucing seperti dia. Ditambah lagi kayunya juga nggak nyampe.
Selama 10 menit gue ngelakuin hal yang sama. Tiba-tiba, si Bona datang dari balik pintu. Dia mengeong-ngeong.
"Apa lo ngeong-ngeong ama gue?"
"Ngeong-ngeong"
"Tegaan amat si lo jadi Ibu. Liat tuh, anak lo. Udah nangis-nangis di atap. Logika kucing lo dimana? Pake dong logika kucingnya". Gue jadi gila sendiri gara-gara ini.
20 menit berikutnya gue melakukan hal yang sama yang sudah pasti nggak membuahkan hasil. Dan akhirnya, si Bona pergi ke atap rumah tetangga nyamperin anaknya.
Keesokan harinya, gue ngelihat si Bona lagi tidur di atas sofa. Tapi kali ini dia tidurnya tidak sendiri. Sekarang dia sudah bersama anaknya. Gue jadi lega.
Terkadang begitulah kehidupan. Binatang sendiri bisa menjadikan diri mereka sebagai contoh buat manusia. Meskipun si Bona melakukan hal yang sudah melewati batas kewajaran. Dia tetap merasa berdosa karena telah memasung anaknya sendiri. Meskipun itu dia lakukan semata-mata untuk melindungi anak kandungnya.
Seharusnya ini jadi pembelajaran buat manusia. Kita juga harus bisa gentleman dan mengakui bahwa jika kita melakukan kesalahan yang fatal, kita harus bertanggung jawab dan memperbaiki semuanya. Ini juga bisa menjadi contoh buat para cewek yang bakal jadi calon ibu. Setiap ibu pasti selalu ingin melindungi darah dagingnya. Tapi ada satu hal yang harus diingat. Kalau melindungi, jangan terlalu Overprotect. Berikanlah dia kebebasan yang bersifat melindungi.
Gue sudah 10 tahun lebih memelihara kucing di rumah. Semua tetangga komplek juga tahu. Sampai-sampai kalau ada kucing yang beranak di rumah mereka. Anak kucingnya pasti dibuang ke rumah gue.
Ini apa maksudnya coba? Lo kalau misalkan mau buang kucing, sekalian aja lo buang sama induknya. Anak kucing itu sama seperti bayi manusia. Dia membutuhkan asupan gizi dari orang tuanya untuk bisa hidup lebih sehat. Atau paling tidak, kalau lo mau buang tuh kucing, lo tungguin dulu anak kucing itu sampai dewasa terus lo buang terpisah sama induknya juga nggak apa-apa. Karena dia udah bisa cari makan sendiri.
Meski gue udah memelihara kucing selama 10 tahun lebih, baru sekali ini dalam siklus kehidupan gue melihara kucing yang paling bodoh di dunia ini. Sebut saja namanya Bona. Bona adalah kucing betina yang tiap bentar ngelahirin anak. Dan itu nggak pernah terurus. Setiap dia punya anak, anaknya mati semua karena dijinjing kesana kemari. atau paling tidak hanya satu yang bertahan hidup. Dan itu pun yang jelek pula.
Selama sejarah siklus hidupnya menjadi seekor kucing. Ini adalah fakta kebodohan yang paling mengejutkan yang pernah dilakukan Bona di dunia perkucingan. Beberapa hari yang lalu, dia melakukan tindakan kekerasan pada anak kandungnya sendiri yaitu, dengan cara mengurung anak kandungnya di atas atap rumah tetangga di lantai dua.
Nih anaknya. Similikiti..
Benar. Ini beneran terjadi. Apa yang telah dilakukan si Bona benar-benar sudah ketidakprikucingan. Waktu itu, gue baru saja pulang dari kampus. Badan gue cukup lelah karena gue ditunjuk untuk menjadi Asisten Banquet Manajer untuk acara Table Manner di kampus. Gue buru-buru ngurus semua persiapan untuk besok paginya.
Gue dikasih tahu sama Nyokap kalau si Bona, nyangkutin anaknya di rumah tetangga di lantai dua. Awalnya nggak percaya. Pas gue lihat, BENER! Gue kaget. Kok bisa ya? Jangan-jangan dia nyangkutin anaknya ke lantai dua sambil naik punggung naga Indosiar.
Dia mengeong-ngeong selama lebih dari dua jam. Dan itu membuat gue jadi nggak tega. Gue nggak habis pikir. Sebegitu awasnya si Bona sama anak kandungnya sendiri supaya nggak diintai sama suaminya yang biadab itu. Ya Allah bona, Ibu kandung macam apa kau ini?
Nyokap meminta gue untuk turunin tuh anak kucing. Gue mencari cara untuk menurunkannya. Gue coba ngambil dia pake kayu. Terus gue panggil-panggil. "Puus, puus". Dia nyahut panggilan gue. Dia coba ambil ancang-ancang buat turun. Tapi gak jadi-jadi. Daerah loncatannya terlalu tinggi buat anak kucing seperti dia. Ditambah lagi kayunya juga nggak nyampe.
Selama 10 menit gue ngelakuin hal yang sama. Tiba-tiba, si Bona datang dari balik pintu. Dia mengeong-ngeong.
"Apa lo ngeong-ngeong ama gue?"
"Ngeong-ngeong"
"Tegaan amat si lo jadi Ibu. Liat tuh, anak lo. Udah nangis-nangis di atap. Logika kucing lo dimana? Pake dong logika kucingnya". Gue jadi gila sendiri gara-gara ini.
20 menit berikutnya gue melakukan hal yang sama yang sudah pasti nggak membuahkan hasil. Dan akhirnya, si Bona pergi ke atap rumah tetangga nyamperin anaknya.
Keesokan harinya, gue ngelihat si Bona lagi tidur di atas sofa. Tapi kali ini dia tidurnya tidak sendiri. Sekarang dia sudah bersama anaknya. Gue jadi lega.
Terkadang begitulah kehidupan. Binatang sendiri bisa menjadikan diri mereka sebagai contoh buat manusia. Meskipun si Bona melakukan hal yang sudah melewati batas kewajaran. Dia tetap merasa berdosa karena telah memasung anaknya sendiri. Meskipun itu dia lakukan semata-mata untuk melindungi anak kandungnya.
Seharusnya ini jadi pembelajaran buat manusia. Kita juga harus bisa gentleman dan mengakui bahwa jika kita melakukan kesalahan yang fatal, kita harus bertanggung jawab dan memperbaiki semuanya. Ini juga bisa menjadi contoh buat para cewek yang bakal jadi calon ibu. Setiap ibu pasti selalu ingin melindungi darah dagingnya. Tapi ada satu hal yang harus diingat. Kalau melindungi, jangan terlalu Overprotect. Berikanlah dia kebebasan yang bersifat melindungi.
0 comments:
Posting Komentar