Minggu, 14 Februari 2016

No Valentine Day Everywhere

Kalau udah masuk bulan Februari, setiap kaum muda (terutama Jones) pasti selalu ingat dengan yang namanya valentine. di sana valentine, di sini valentine, dan di situ valentine. Valentine, valentine dan valentine. Valentine everywhere.

Meski kebanyakan kaum muda tahu betul dengan valentine, belum tentu semuanya yang merayakan valentine. Ada sebagian kaum muda yang tidak merayakan valentine, itupun dengan beragam jenis alasan, ada yang mungkin karena jomblo, dan ada juga yang memang anti dengan valentine (dan itupun pasti bakal diketawain sama orang yang berpacaran kalau dia nggak merayakan valentine memang karena kejonesannya).

Setiap memasuki Februari, semua orang heboh dengan valentine. Bagi yang muslim, ada yang senang dengan datangnya valentine dan ada juga yang anti valentine sampai-sampai bikin hastag-nya #SorryI'mmuslim, seolah-olah mereka yang bikin begituan, mereka benar-benar taqwa pada agamanya. Padahal kalau mereka itu "Anti, cukup anti aja. Nggak usah dibikin hastag-nya, ngapain?

Gue sebagai joker (baca:jomblo keren) juga tak peduli dengan valentine. Gue nggak ikut-ikutan bilang "No valentine, anti valentine, atau apalah" karena, gue punya banyak sekali teman di Facebook dan sebagian mereka ada yang non muslim. Gue nggak mau dipandang dengan jelek oleh mereka. Tak usah ikut campur. Cukup diam saja.

Katanya, valentine itu "hari kasih sayang". Dimana seseorang memberi coklat (kalau nggak ada modal, biasanya dia ngasih tahi kucing) pada kekasihnya. Padahal, kasih sayang itu bisa kepada siapa saja (orang tua, saudara, teman, dan lain-lain) dan kapan saja. Dengan menunjukkan i'tikad baik kita kepada mereka artinya kita sudah menyayangi mereka. Tidak harus dengan valentine.

Beberapa hari yang lalu, beberapa mahasiswa di kampus gue membuat sebuah slogan yang bertuliskan "No Valentine Day" tulisan itu berada di bagian atas, di bagian bawah sengaja dikosongkan untuk mahasiswa yang berpartisipasi menandatanganinya.

Salah seorang teman gue ikut berpartisipasi, setelah dia menandatangani, dia mendapatkan sebuah stiker yang sempat gue baca "Sorry!!" Hadist Nabi Muhammad SAW :“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.”

Setelah gue baca, hati gue langsung to the jleb. Gue sujud syukur selama hidup, gue nggak terlalu mengikuti kebanyakan orang lakukan. Ternyata, menjadi jomblo keren kerempeng bukanlah hal yang buruk. Tuhan memang Maha Pengingat.


***_***

Selasa, 02 Februari 2016

Sendal Indomaret Kesayanganku

Waktu itu, gue sempat membaca blog Agus Mulyadi tentang sempak Indomaretnya. Seolah-olah dia sangat percaya akan celana dalam buatan Indomaret. Sama halnya dengan gue. Tapi, dalam kasus ini beda cerita. Itu dikarenakan gue nggak terlalu paham soal kenyamanan celana dalam. Di cerita ini, gue mau kasih satu produk Indomaret yang sangat gue favoritkan.

Jadi ingat kenangan 1 tahun yang lalu

Gue jadi ingat pas pertama kali magang ke Bandung, gue pergi dengan semua barang bawaan tanpa ingat membawa sendal dari rumah. Setiap ada yang keluar dari kamar kos-kosan, mereka selalu memakai sendal masing-masing.

Karena gue baru pertama kali jadi anak kos-kosan, gue nggak mungkin main ambil barang orang begitu saja setiap keluar masuk ruangan. Supaya lebih afdhal, gue memutuskan untuk beli sendal sendiri.

Waktu itu adalah kali keduanya gue ke Bandung. Dan territorinya sangat asing buat gue. Gue minta tolong sama Asrofil, teman satu kos gue yang juga dari Padang nemenin gue buat beli sendal. Dia memberikan rekomendasi yang bagus untuk membeli sepasang sendal.

Salah satu kas greeter Indomaret setiap ada orang yang ingin berbelanja di sana adalah selalu mengucapkan "Selamat datang di Indomaret, selamat belanja" meskipun dia kebelet boker sekalipun.

Satu hal yang harus kalian ketahui, di Padang tidak ada toko Indomaret. Jangankan indomaret, Indoapril sampai Indodesember Alfamart saja nggak ada.

Gue sama Asrofil muter-muter cari sendal, sampai pada akhirnya, gue menemukan beberapa pasang sendal yang digantung dan dibungkus dengan plastik. Gue nggak sempat ngecek nomor ukurannya, gue pergi ke kasir, langsung bayar, dan balik pulang.

gue selalu memakai sendal itu kemana-mana. Karena rasanya yang nyaman, gue merasakan adanya kontak batin antara gue dan si sendal Indomaret. Setiap kali pergi gue pasti pakai nih sendal. Hari demi hari gue jalani bersama. Sampai-sampai pas gue balik ke Padang, gue bawa sendal bedebah ini. Gue simpan di dalam tas dan tak lupa sebelum gue masukin, gue gembok dulu deh sendal ini supaya dia nggak menggeliat ke sana kemari di dalam tas.

Satu hal yang paling bisa ditonjolkan pada sendal indomaret ini adalah, gue bisa memperlihatkan barang langka ini kepada semua penduduk di kota Padang (bukan mau sombong, cuma ingin bikin orang sirik saja) karena di sendal ini dipampang logo Indomaret. Saking langkanya, semua anggota keluarga gue berebutan makai sendal langka ini kemana-mana. Untungnya nggak dijadiin sarung tangan futsal nih sendal sama adik laki-laki gue. Semoga gue ditakdirkan sehidup semati sama sendal ini.


****

Selasa, 26 Januari 2016

The Kampret Laundry


Pagi-pagi hari senin, gue buru-buru ke rumah adisha, teman satu kampus buat minta tolong buat bawa laundry-an ke kampus. Pas gue nyampe di pagar rumahnya, gue manggil dia.

"Adi"

hening. Tak ada jawaban

"Adi"

 "Ica, teman kamu manggil tuh!" teriak orang dari dalam rumah.

Ica? Gue ketawa sambil garuk-garuk kepala.

Gue jadi kebayang pas waktu lagi di kampus. Gue ada di ruang hima manggil dia berulang kali. Tapi, dia nggak nyahut-nyahut. Entah budek atau telinganya lagi penuh ingus tiba-tiba Senior gue, bang Prima manggilin dia.
"Ica"

"Apa, bang?"

Gue terbelalak. Kok dia nyahut ya?

"Zaky manggil kamu". kemudian bang Prima melanjutkan, "Tuh zaky. kalau kamu panggil Adi, dia nggak nyahut. Tapi kalau Ica, dia bakal cepat respon karena orang rumahnya manggil dia kayak gitu.

Jauh banget melencengnya. Dari Adi sampai ke Ica. Gue berpikir jangan-jangan dia dulu sering mangkal di lampu merah perempatan Taman Melati tiap jam 10 malam!? Ah, itu tak mungkin. Dia lebih cocok jadi lampu jalan ketimbang jadi banci di lampu merah. 

Adi membuka pintu dan keluar dengan rambut yang acak-acakan. Gue merasakan bau aroma yang tak sedap dari tubuhnya. Kayak bau ikan asin.

"Adi, gue mau minta tolong, boleh nggak?" gue menutup hidung

"Ngapain?"

"Gue mau nganterin linen yang dilaundry ke kampus, bisa nggak? Ada dua kantong. Gede-gede soalnya".

"Bisa, Ayo, langsung berangkat aja".

"Lo nggak mandi dulu? lo kan belum mandi" gue menghindar dari tubuhnya yang dikerubungi lalat.

"Udahlah, nggak apa-apa. Gue tadi sudah beres cuci muka".

"Ya, okelah kalau begitu". kata gue terpaksa. Sambil berharap motor gue gak ikutan pingsan dengan bau bangkai mayat hidup ini.

Pas berada dalam perjalanan ke laundry, Adi curhat sama gue.
"Ky, gue sudah trauma kuliah sama buk Silfeni"

"Trauma kenapa?"

"Soalnya, liburan kuliah gue tersita gara-gara acara table manner ini".

"Itu aja trauma. Si Putra yang udah 1,5 tahun nggak balik-balik ke Majene nggak pernah sepatah katapun bilang trauma". Kata gue dalam hati.

Teman gue yang satu ini reaksinya selalu berlebihan. Di antara 110 orang mahasiswa perhotelan, cuma satu makhluk ini yang mengalami tekanan mental. Padahal tuh acara table manner dibikin buat melengkapi materi kuliah yang tertinggal dan nambah nilai. Apanya yang harus ditrauma-in, coba. Kecuali tuh dosen kalau suruh lo minum kuah soto, tapi pakai garpu. Itu wajar lo trauma. 

"Tapi, pas semester 6 besok MK Food Fusion sama beliau loh. sama Pak Heru juga kalau nggak salah." lanjut gue.

"Ya, gue tahu". Kata dia sekenanya. Gue yakin dia pasti juga nggak tahu tuh artinya Food Fusion.

Setelah menjemput linen-linen dari laundry, kami sampai di depan teras fakultas. Adi memarkirkan motor gue di parkiran. Pas gue lagi nganter dua plastik besar linen ke jurusan boga, gue ketemu sama teknisi boga yang biasa dipanggil buk gadis. Buk gadis adalah seorang teknisi yang sudah menikah dan cukup tua, tapi dia tetap masih gadis. Segitu terjaganya keperawanan dia ya.

Gue sama Buk Gadis pergi ke ruang praktek boga buat mengecek linen untuk memastikan semua jumlahnya sudah pas. Ketika lagi kerja, buk Gadis tanya

"Kamu ngelaundry-nya dimana?"

"Use Laundry, dekat SMA Pertiwi 1"

"Kok kamu ngelaundrynya jauh-jauh, sih? Padahal ada kak Ade loh. Kenapa nggak sama dia aja?"

"Oh, iiiye. Maaf buk. Saya lupa. Nggak ada yang ngingatin soalnya".

"Iya. Padahal kemarin kamu kan ngelaundry table cloth sama kak Ade".

"Iya, ya! Kok saya bisa lupa ya. Padahal pas mau nganterin nih laundry, ada Asrofil juga. Asrofil-nya juga nggak ngingatin saya, buk".

"Padahal kalau ditinggal sama kak Ade kan enak. Kamu nggak perlu repot-repot nyita libur kuliah!"

"Iya buk. Benar juga".

Buk Gadis mengecek laundryan. "Liat nih. Orang ngelaundrynya aja nggak beres. lipatannya asal-asalan lagi".
  
"Wah, kampret tuh laundry". Padahal pas ngelaundry napkin di sana juga nggak apa-apa. Kata gue dalam hati.

"Lho, kok masih ada yang lembab? Buk gadis komplen.

Gue membuka semua laundryan yang sudah dicuci. Gue pisah semua cuciannya untuk yang punya boga sama perhotelan. gue pastikan semua linennya. Dan rata-rata lembab semua. Terutama yang punya boga.

Satu napkin berwarna putih punya Pak Yono yang ada lambang burung kutilang garuda juga ada yang lembab. Gue kesal. Gue masih ingat kata salah seorang teman gue, "kalau mau ngelaundry, laundrynya dekat SMA Pertiwi 1 itu aja. bagus dan bersih". BERSIH NENEK MOYANG LU!! Teriak gue dalam hati. Gue ketipu kali ini.

Setelah beres memilah laundryan, gue pergi ke ruang prodi untuk ketemu kak Siti, salah seorang teknisi perhotelan. Pertama, dia mengecek dan menghitung semua kain skirting. Nggak ada masalah. Dan jumlahnya juga pas. lalu, ketika dia mengecek dan menghitung semua napkin yang berwarna putih, saat itulah hal yang tak diinginkan terjadi lagi.

"Lho, kok ini napkinnya kotor? Ini beneran sudah dilaundry?" Kak Siti Komplen

"Sudah kak".

"Kamu ngelaundrynya dimana?"

"Use Laundry, kak. dekat SMA Pertiwi 1".

"Tapi kok masih kotor gini". Dia membuka satu per satu napkin. "Nih liat, masih ada bekas-bekas hitamnya". Duuh, gimana sih? Komplennya makin menjadi-jadi.

DASAR LAUNDRY KAMPRET. TERKUTUK KAU!! Gue kesal.

"Gak beres nih orang ngelaundrynya. Padahal ini masih baru semua loh. Tapi masih aja kotor kayak gini. Harus kakak bilangin ke Pak Yono, nih.

Pas dia bilang kayak begitu. Gue mulai berniat mau membawa semua napkin putihnya ke rumah, terus gue warnai semua noda pakai spidol atau pensil berwarna putih. Tapi gue urungkan niat itu. Gue cuma bisa berdoa :
Ya Allah. Seandainya ada doraemon di dunia nyata, gue ingin pergi ke masa lalu dan pergi ke tempat Kak Ade untuk mencuci napkin ini lagi. Sekalian juga gue bakar tuh the kampret laundry agar tak mengotori seluruh pakaian yang ada di dunia ini.

PESAN TERSIRAT 1: 

Tidak semua yang dikatakan baik oleh orang itu baik buat kita. Lakukan perbandingan dan bergeraklah menurut nalurimu. Ini juga berlaku untuk laundry kiloan. Jika cucian yang kalian laundry di sana malah memperburuk pakaian kalian, pergi lagi ke sana dan bilang ke penjaga laundrynya "Mas, kayaknya semua karyawannya harus dilaundry dulu, deh". Ini diperlukan supaya tidak terjadi kesalahan yang sama.

Selama 10 menit gue berdiri diam mematung dan mendengar celotehan dia. Sampai-sampai Pak Yono, dosen pembimbing akademik gue lewat di depan pintu prodi.


"Pak yono, ke sini deh sebentar". Kata kak siti. "Liat nih, pak. Nih, si zaky ngelaundry napkin bapak, tapi kotor semua".


"Lho? kok gitu? Tanya dia dengan suara yang agak keibuan.

"Coba liat, nih Pak. Masih ada nodanya. Nih, coklat-coklat. Kayak habis dipakai untuk ngelap e'ek sama orang laundryannya!"

"Iiiih. Kok bisa sih?" Pak Yono menghentakkan kedua kakinya. Emang, Dia agak KW gitu. "Kamu ngelaundrynya dimana?" Tanya dia

"Di use laundry, pak!"

"Nggak mau bapak yang kayak gini. Bapak gak terima, do!" Bahasa indonesia minang (Indomi)nya keluar.

"Ya, pak. Saya tahu. Nanti dilaundry ulang lagi". Jawab gue lemas. Terimakasih laundry kampret. Lo telah berhasil mempermalukan gue di depan dosen PA sendiri.

Setelah gue beres berkemas dengan napkin, gue pergi ke ruang busana untuk temui kak Ade buat minta dilaundry lagi. Keluar lagi uang jajan gue.

PESAN TERSIRAT 2: 

Terkadang, seorang ahli sekalipun tidak selalu bisa melakukan suatu hal dengan benar, meski hal itu sudah ditekuninya selama bertahun-tahun. Itulah manusia. Manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan. Dan manusia takkan pernah bisa menjadi yang sempurna. Meskipun kita adalah yang terbaik diantara yang terbaik, tidak menutup kemungkinan kita bisa melakukan suatu kesalahan. 

Begitu juga dengan pasangan. Meski menurut kita dia adalah yang terbaik buat kita, dia bisa saja melakukan kesalahan yang justru tidak kita inginkan. Tapi ada satu hal yang harus diketahui. Jika kita mendapatkan seorang pasangan yang tidak sesuai dengan yang kita butuhkan, bisa jadi dia adalah orang yang lebih dari yang kita butuhkan.

Senin, 18 Januari 2016

Bona, Kucing Gue Yang Paling Bodoh!!

Kalau bicara soal binatang, gue suka banget sama yang namanya kucing. Selain menjadi binatang favorit nabi Muhammad, bagi gue kucing merupakan binatang yang paling imut di dunia. Emang. Gue biasanya suka sama yang imut-imut. Sejelek-jelek apapun wajah kucing itu, kalau udah ngelihat dia, pasti gue elus-elus. Gue berpikiran untuk memelihara semua jenis kucing yang ada di dunia ini. 

Tapi itu tidak mungkin, mengurus dua ekor kucing aja sudah kerepotan. Belum lagi mempelajari jenis-jenis kucing yang ada di dunia ini, cara memelihara kucing yang baik dan benar, serta hal-hal yang harus dihindari agar tidak timbul suatu hal yang bersifat ketidakprikucingan.

Gue sudah 10 tahun lebih memelihara kucing di rumah. Semua tetangga komplek juga tahu. Sampai-sampai kalau ada kucing yang beranak di rumah mereka. Anak kucingnya pasti dibuang ke rumah gue.

Ini apa maksudnya coba? Lo kalau misalkan mau buang kucing, sekalian aja lo buang sama induknya. Anak kucing itu sama seperti bayi manusia. Dia membutuhkan asupan gizi dari orang tuanya untuk bisa hidup lebih sehat. Atau paling tidak, kalau lo mau buang tuh kucing, lo tungguin dulu anak kucing itu sampai dewasa terus lo buang terpisah sama induknya juga nggak apa-apa. Karena dia udah bisa cari makan sendiri.

Meski gue udah memelihara kucing selama 10 tahun lebih, baru sekali ini dalam siklus kehidupan gue melihara kucing yang paling bodoh di dunia ini. Sebut saja namanya Bona. Bona adalah kucing betina yang tiap bentar ngelahirin anak. Dan itu nggak pernah terurus. Setiap dia punya anak, anaknya mati semua karena dijinjing kesana kemari. atau paling tidak hanya satu yang bertahan hidup. Dan itu pun yang jelek pula.

Selama sejarah siklus hidupnya menjadi seekor kucing. Ini adalah fakta kebodohan yang paling mengejutkan yang pernah dilakukan Bona di dunia perkucingan. Beberapa hari yang lalu, dia melakukan tindakan kekerasan pada anak kandungnya sendiri yaitu, dengan cara mengurung anak kandungnya di atas atap rumah tetangga di lantai dua.

Nih anaknya. Similikiti..

Benar. Ini beneran terjadi. Apa yang telah dilakukan si Bona benar-benar sudah ketidakprikucingan. Waktu itu, gue baru saja pulang dari kampus. Badan gue cukup lelah karena gue ditunjuk untuk menjadi Asisten Banquet Manajer untuk acara Table Manner di kampus. Gue buru-buru ngurus semua persiapan untuk besok paginya.

Gue dikasih tahu sama Nyokap kalau si Bona, nyangkutin anaknya di rumah tetangga di lantai dua. Awalnya nggak percaya. Pas gue lihat, BENER! Gue kaget. Kok bisa ya? Jangan-jangan dia nyangkutin anaknya ke lantai dua sambil naik punggung naga Indosiar.

Dia mengeong-ngeong selama lebih dari dua jam. Dan itu membuat gue jadi nggak tega. Gue nggak habis pikir. Sebegitu awasnya si Bona sama anak kandungnya sendiri supaya nggak diintai sama suaminya yang biadab itu. Ya Allah bona, Ibu kandung macam apa kau ini?

Nyokap meminta gue untuk turunin tuh anak kucing. Gue mencari cara untuk menurunkannya. Gue coba ngambil dia pake kayu. Terus gue panggil-panggil. "Puus, puus". Dia nyahut panggilan gue. Dia coba ambil ancang-ancang buat turun. Tapi gak jadi-jadi. Daerah loncatannya terlalu tinggi buat anak kucing seperti dia. Ditambah lagi kayunya juga nggak nyampe.

Selama 10 menit gue ngelakuin hal yang sama. Tiba-tiba, si Bona datang dari balik pintu. Dia mengeong-ngeong.

"Apa lo ngeong-ngeong ama gue?"

"Ngeong-ngeong"

"Tegaan amat si lo jadi Ibu. Liat tuh, anak lo. Udah nangis-nangis di atap. Logika kucing lo dimana? Pake dong logika kucingnya". Gue jadi gila sendiri gara-gara ini.

20 menit berikutnya gue melakukan hal yang sama yang sudah pasti nggak membuahkan hasil. Dan akhirnya, si Bona pergi ke atap rumah tetangga nyamperin anaknya.

Keesokan harinya, gue ngelihat si Bona lagi tidur di atas sofa. Tapi kali ini dia tidurnya tidak sendiri. Sekarang dia sudah bersama anaknya. Gue jadi lega.

Terkadang begitulah kehidupan. Binatang sendiri bisa menjadikan diri mereka sebagai contoh buat manusia. Meskipun si Bona melakukan hal yang sudah melewati batas kewajaran. Dia tetap merasa berdosa karena telah memasung anaknya sendiri. Meskipun itu dia lakukan semata-mata untuk melindungi anak kandungnya.

Seharusnya ini jadi pembelajaran buat manusia. Kita juga harus bisa gentleman dan mengakui bahwa jika kita melakukan kesalahan yang fatal, kita harus bertanggung jawab dan memperbaiki semuanya. Ini juga bisa menjadi contoh buat para cewek yang bakal jadi calon ibu. Setiap ibu pasti selalu ingin melindungi darah dagingnya. Tapi ada satu hal yang harus diingat. Kalau melindungi, jangan terlalu Overprotect. Berikanlah dia kebebasan yang bersifat melindungi.

Jumat, 01 Januari 2016

Tragedi Akhir Tahun 2015

Jujur. Ini baru pertama kalinya gue keluar malam pas mau menyambut tahun baru. Karena gue ngerasa suntuk dan kesal di rumah. Ya, ini mnyebalkan. akhir tahun yang gue rasakan di tahun 2015 ini justru menjadi tragedi buat gue dan nyokap.

Kejadiannya begini :

Hari kamis, 31 Desember 2015. Gue berniat mau berangkat ke kampus untuk ngebon peralatan seperti kursi, skirting, karpet dan benda-benda lain yang dianggap tidak perlu untuk keperluan acara Table Manner di kampus gue. Gue nggak bawa apa-apa kecuali tas dan dokumen-dokumen yang tidak penting di dalamnya (lo cari tahu aja sendiri)

Sebelum gue berangkat ke kampus, gue ingat pesan nyokap. beliau bilang "kunci rumah tolong di taruh di bawah teras rumah supaya pas pulang ke pasar bisa mama ambil". Karena beliau yang bilang begitu ya udah, kan... Gue taruh aja.

Gue berangkat ke kampus jam 09:45 dengan motor beat yang baru dibeliin orang tua gue pas bulan September. Sesampe di kampus, keadaan sepi. Hanya beberapa Mahasiswa dan Dosen yang ada di sana untuk mengurus keperluan-keperluan mereka.

Bosan menunggu teknisi, gue pun keluar sejenak dan berdiri di teras Fakultas. Baru saja keluar gue langsung ketemu sama teman-teman gue yang aktivis Mahasiswa BEM untuk meng-interview calon pengurus BEM di ruang ER8 (Ya. mereka meng-interviewnya aneh-aneh. Mereka nanya hal-hal tidak penting seperti ukuran celana dalam mereka, nama kepanjangan Ayah gue, sampai orang indonesia pertama yang terbang ke bulan. Jangankan ke bulan. Naik roket aja orang Indonesia nggak pernah.)

Baru satu jam gue di kampus. Gue ditelepon nyokap. 

Beliau nanya "Kamu ya yang bawa laptop mama" 

Gue bilang dalam hati "untuk apa gue bawa laptopnya? gue sendiri kan udah punya laptop. ngapain gue bawa laptop orang coba"

"Nggak ada, Ma!" jawab gue

nyokap marah-marah sama gue karena laptop yang ditaruh di atas meja depan TV udah nggak ada. Padahal, sebelum berangkat ke kampus gue masih ngeliat laptop itu di atas meja. Karena kesal, nyokap nyuruh gue untuk pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, beliau nanyain hal yang sama lagi. "Kamu ya yang bawa laptop mama? 

gue jawab "Nggak ada, ma!

"Tadi mama naruh laptop di sini. di atas meja".

"Tadi aku juga liat laptop mama di atas meja pas mau berangkat".

"Terus kenapa bisa hilang? kok cuma tinggal charger doank?" nyokap mulai kesel

Perasaan gue tiba-tiba nggak enak. "Jangan-jangan, laptop di kamar gue juga hilang!"

Gue buru-buru lari ke kamar. Pas gue lihat. ternyata beneran hilang. "ANJING. LAPTOP GUE KEMALINGAN". cuma charger aja yang terbujur di lantai sama sarung laptop di atas kasur. 

Perasaan pas keluar rumah gue nggak ngeliat siapa-siapa di sana. Nih si maling pasti udah nandain taruh kuncinya. Tidak cukup satu jam dia masuk ke rumah gue dengan kunci yang gue taruh di teras bawah untuk ngambil semua laptop yang ada di rumah gue dengan terburu-buru tanpa bawa chargernya. 

BRENGSEK. Mana tuh dalam laptop ada bokepnya tugas skripsi gue yang belum kelar. kalau gue nggak nyerahin tugas skripsi gue ke dosen, mata kuliah Metodologi Penelitian gue gagal. Dan gue juga nggak bisa ngambil mata kuliah Studi Usaha Akomodasi. Ngulang mata kuliah yang sama di semester depan sama aja kayak anak sekolah yang tinggal kelas.

Belum lagi nyokap gue. Semua bahan mengajar buat nyari uang ada di sana semua. Nyesel gue. mendingan gue telan aja tuh kunci biar si maling nggak bisa ngambil laptop di rumah.

Setelah kejadian itu, gue langsung curhat sama teman gue si Edri dan Putra kalau gue barusan baru kemalingan di rumah. Mereka turut prihatin dan mengucapkan belangsukawa sedalam-dalamnya atas hilangnya sebuah laptop disertai karangan bunga. Dikira laptop gue meninggal apa.

Batin gue masih belum tenang. Gue juga sempat curhat sama teman gue yang lain. Seorang teman yang jualan Ayam Ka ef ci pinggir jalan depan CV. Al-Fitrah, Bang Toni. 

Dia nanya, "kalau dua laptop yang diambil, kira-kira berapa tuh kerugiannya, ky?"

"10 juta bang"

"Terus gimana? udah lapor polisi belum?"

"Belum"

Sampai jam 21:00 WIB gue nongkrong nemenin Bang Toni jualan dan ngantarin dia pulang ke Tunggul Hitam. Sekarang, gue harus ngulang tugas skripsi gue yang belum sempat gue pindahin ke flashdisk dari awal.

Nggak cukup sampai di situ. Gue sempat teleponan sama teman lama yang dulunya anggota band gue, "Rahmat". Gue juga curhat soal laptop gue yang hilang pada hari itu sampai jam 00:00. Terkadang apa yang kita rencanakan nggak selalu sesuai dengan harapan. Target gue pas satu minggu terakhir udah harus kelar. Supaya gue bisa fokus buat acara Table Manner. Tapi semua berubah semenjak Maling songong itu nggak minta izin sama gue.

Jadi, gue punya saran buat para komunitas maling songong di seluruh Indonesia. Kalau kalian mau maling, malinglah yang sopan. Sebelum maling, ajukan proposal kepada rumah orang yang anda maling  dan sertakan surat kuasa malingnya. Kalau ditanya polisi kan gampang. Kalian tinggal bilang "Ini udah legal pak malingnya". Proposal dan surat kuasa malingnya harus sudah ditandatangani sama orangnya beserta sidik jarinya.

Minggu, 27 Desember 2015

Kebodohan Masa Lampau Yang Disadari Pada Masa Dewasa

Beberapa waktu yang lalu, gue menonton sebuah stand up comedy di youtube Kompas TV oleh Ryan Adriandhy. Ada satu Quotesnya yang membekas di kepala gue (sesuai ingatan) : 

SEMAKIN MAJU SEBUAH TEKNOLOGI, SEMAKIN KRITIS JUGA CARA BERPIKIR SEORANG ANAK KECIL. DAN SEMAKIN SUSAH JUGA ANAK ZAMAN SEKARANG DIBUJUK BIAR MAU SUNAT. SEDANGKAN PADA ZAMAN GUE ANAK KECIL BISA DIBUJUK SUNAT HANYA DIJANJIKAN DIBELIKAN SEBUAH MAINAN. APAKAH HARGA DIRI LO SEBAGAI SEORANG LELAKI SEMURAH ITU?

Setelah gue tonton tuh stand up, gue jadi sadar. Kenapa gue harus tersinggung dengan ejekan semua teman gue ketika mereka duduk di kelas 5 SD udah pada sunat semua? Sampai-sampai gue sendiri yg minta sama nyokap gue buat disunat dan dibohongin mulu. Dan akhirnya pas kelas 6 SD gue baru disunat. Dan yang lebih bodohnya lagi, gue iri dengan mereka yang udah sunat, dengan bangganya menjual harga diri mereka semurah itu dan memamerkannya ke gue. Mereka juga dengan bangga merayakan dimana mereka telah kehilangan kulit itu.. Hahahaha.. KAMPRET

Kamis, 12 November 2015

ISIS dan Merah Putih

Sudah hampir 5 bulan berlalu. Gue jadi kangen masa-masa pas lagi magang di Hotel Grand Royal Panghegar Bandung. Gue coba mengotak-ngatik foto-foto kenangan gue selama magang di sana. Dan ternyata, secara nggak sengaja gue nemuin foto yang satu ini.


Gue ngambil foto ini sekitar bulan Juni. Gue nggak ingat sih nama daerahnya dan nama jalannya. Yang jelas, gue nemuin ini pas baru keluar di sebuah persimpangan Gang Cilimus dekat kampus Universitas Pendidikan Indonesia. Kalau orang yang tinggalnya dekat terminal ledeng pasti tahu.

Sekali gue lihat nih spanduk, batin gue kayak muncul adanya rasa bercampur. Muak, tapi prihatin, sekaligus tertarik (tertarik ngambil fotonya). Ada-ada aja yang mainin perasaan gue di bulan Ramadhan. Sebegitu parahnya kah kontroversi yang ditimbulkan oleh ISIS sampai merasuki akar-akar Indonesia? Sampai-sampai mereka membuatnya pake bendera merah putih begitu.

Gue akui orang yang masang spanduk kayak gini, mereka sangat berani menyampaikan aspirasi terutama, atas suatu hal yang menurut mereka bertentangan dengan ajaran Islam kepada masyarakat luas. Yah, bisa dikatakan cukup frontal. Dalam artian, mereka nggak segan-segan mengkritik secara terang-terangan.

Gue teringat pas masih duduk di bangku SMK dulu. Waktu itu di salah satu kaca gedung sekolah gue, tertempel sebuah poster yang bertuliskan "HANYA MONYET YANG BUANG SAMPAH DI SINI". Gue jadi prihatin.

Tapi ada bedanya loh. Bedanya apa? 

Bedanya gini. Bagi orang yang bikin spanduk yang kayak foto diatas, artinya mereka berniat bahwa mereka ingin meluruskan suatu hal dengan hal yang seharusnya terjadi. Tapi, kalau buat orang yang bikin "HANYA MONYET YANG BUANG SAMPAH DI SINI", Orang-orang beranggapan kalau si Pembuat spanduk nggak punya otak dan nggak beretika. Dengan kata lain, dia nggak pernah sekolah.

Aduuuuh..... My Country, My Country...

Yah, mau gimana lagi. Disaat bujukan halus sudah nggak mempan, maka kalimat sindiranlah yang bakal terlontar. Semoga ISIS tak merajalela di Bumi Pertiwi ini.